JAKARTA, BERITALINGKUNGAN.COM – Pemerintah, melalui Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian terus mendorong penerapan ekonomi sirkular (circular economy) untuk mencapai target perubahan iklim Indonesia. Ekonomi sirkular merupakan pendekatan secara industri terhadap praktik reduce, reuse, recycle yang mengarah pada pengurangan konsumsi sumber daya primer dan produksi limbah.
Penerapan ekonomi hijau dan sirkular berpotensi menciptakan 4,4 juta lapangan pekerjaan baru pada tahun 2030, dimana tiga perempatnya dapat diisi oleh kaum perempuan.
Sementara itu, laporan “Menghentikan Gelombang Plastik” oleh The Pew Charitable Trusts dan SYSTEMIQ menyebut, sampah plastik yang salah kelola akan bertambah menjadi 239 juta ton pada tahun 2040 jika skenario bisnis dilakukan seperti biasa (Business-as-Usual/ BAU).
Oleh karena itu, peran di hulu (pra konsumsi) seperti pengurangan/penggantian plastik dalam produksi, desain ulang produk dan di hilir (pasca konsumsi) seperti proses daur ulang dan pengelolaan bekas pakai sangat diperlukan. Termasuk dengan berbagai intervensi sistem dalam inovasi pengurangan sampah plastik.
Mendukung tata kelola pengurangan sampah plastik di Indonesia, sekaligus peringatan Hari Bumi yang jatuh pada 22 April 2022, anggota Klaster Filantropi Lingkungan Hidup dan Konservasi, terdiri dari Belantara Foundation, Dompet Dhuafa, Climateworks Centre, Greeneration Foundation, dan Filantropi Indonesia mengusung kampanye besar bertajuk #AsikTanpaSampahPlastik.
Dalam sesi talkshow berjudul “Strategi Pengelolaan Sampah Plastik dari Hulu ke Hilir” yang digelar pada 20 April 2022, sejumlah narasumber mengutarakan pendapatnya tentang pentingnya kampanye #AsikTanpaSampahPlastik.
Direktur Eksekutif Filantropi Indonesia Gusman Yahya menegaskan, kampanye dilakukan untuk mendukung penanganan sampah sekaligus berkontribusi terhadap SDGs.
“Sebagai lembaga filantropi, kami sangat mendorong upaya pengurangan sampah plastik sebagai kontribusi bersama pencapaian SDGs, untuk memperkuat Filantropi HUB di Indonesia”, ujar Gusman.
Di kesempatan yang sama, Direktur Eksekutif Belantara Foundation Dr. Dolly Priatna, selaku Koordinator Klaster Lingkungan Hidup dan Konservasi Filantropi Indonesia menambahkan bahwa upaya penanganan sampah plastik perlu didorong dengan kolaborasi dan partisipasi aktif dari berbagai sektor.
“Sehingga berdampak kepada perubahan perilaku masyarakat dalam pengelolaan sampah terutama sampah plastik,” katanya.
Sementara itu, Dompet Dhuafa juga memberi dukungan, yakni melibatkan relawannya dalam pengurangan sampah plastik melalui perubahan perilaku masyarakat. Tahun ini, melalui 20 jejaring di Aceh hingga Papua, Dompet Dhuafa telah melibatkan tak kurang dari 18 ribu relawan untuk mengkonversi kemasan makanan sekali pakai.
“Juga ada sekitar 7,728 paket kemasan makanan memanfaatkan kekayaan lokal masyarakat, seperti daun pisang, besek, plepah pinang,” ungkap Arif R. Haryono, GM Advokasi & Aliansi Strategis Dompet Dhuafa.
Dompet Dhuafa juga ingin membangkitkan kekayaan kuliner lokal sembari memberdayakan UMKM. Salah satunya dengan memperkenalkan sejumlah makanan tradisional dalam menu berbuka puasa, seperti sala lauak dari Sumatera Barat, srikaya ketan dari Sumatera, bingka dari Kalimantan Timur dan lain sebagainya.
Sementara itu, Greeneration Foundation terus mendorong dan mengkampanyekan isu pengelolaan sampah kepada berbagai pihak, sehingga muncul kepedulian untuk bergerak bersama dalam mengelola sampah plastik.
Hal itu diungkapkan Vanessa Letizia selaku Direktur Eksekutif Greeneration Foundation. Menurutnya, Greeneration Foundation menyadari bahwa penggunaan plastik yang semakin masif menyebabkan percepatan terjadinya perubahan iklim.
“Karena itu, kami mendorong peran dan kolaborasi seluruh pemangku kepentingan dalam mengatasi isu tersebut,” ujarnya.
Senada dengan itu, Indonesia Country Lead ClimateWorks Centre Guntur Sutiyono menejelaskan bahwa berbagai inovasi bisnis dan teknologi yang dilakukan baik oleh industri besar maupun industri start-up sangat penting dalam mengurangi sampah plastik.
“Karena itu, kami mendukung misi pemerintah mengedepankan ekonomi sirkular sebagai salah satu solusi permasalahan tersebut”, paparnya.
Selama ini, sejumlah upaya pengurangan sampah plastik terus dikampanyekan, mulai dari penggunaan bahan yang mudah di daur ulang, pengelolaan sampah terpadu hingga penerapan metode lainnya. Namun, keefektifan pengurangan sampah plastik dinilai lamban, jika tidak dibarengi dengan sinergi antara intervensi hulu dan hilir.
Ketergantungan penggunaan plastik dalam keseharian masyarakat menjadikan polusi plastik sekali pakai terus meningkat dari tahun ke tahun. Situasi itu memberikan dampak serius terhadap lingkungan dan kehidupan. (Jekson Simanjuntak)