BOJONEGORO, BERITALINGKUNGAN.COM – Yayasan Rumah Energi (YRE) melakukan monitoring di Desa Sudah, Kecamatan Malo untuk melihat keberlangsungan pembangunan, serta mendengar langsung pendapat para penerima manfaat Program Biogas 2021. Kegiatan monitoring dilaksanakan bersama para pemangku kepentingan setempat.
Kegiatan diawali dengan diskusi membahas Program Biogas 2021 dan pemetaan potensi pengembangan dan keberlanjutan program. Program tersebut merupakan program pengembangan masyarakat yang didukung oleh SKK Migas dan ExxonMobil Cepu Limited (EMCL).
Kendati demikian, pelaksanaannya tetap melibatkan Pemkab Bojonegoro karena program biogas menjadi salah satu program prioritas pemerintah kabupaten. Selanjutnya, Pemkab akan memantau pelaksanaannya, mengingat biogas sangat dibutuhkan masyakarat.
Kepala Seksi Konservasi Lingkungan dan Rehabilitasi Lahan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Bojonegoro Mohammad Hanif yang hadir pada kegiatan tersebut mengemukakan bahwa program biogas sangat mungkin untuk bersinergi dengan Program Kampung Iklim (ProKlim) yang dilaksanakan oleh DLH Bojonegoro.
ProKlim merupakan program berlingkup nasional yang memadukan aksi adaptasi dan mitigasi terhadap adanya perubahan iklim dengan melibatkan peran serta masyarakat, pemerintah dan Lembaga.
“Melalui program biogas ini harapannya kita dapat bersinergi. Jadi EMCL juga bisa memajukan desa-desa binaan DLH dengan mensinergikan proklim dengan PPM-nya.” ujar Hanif.
Sementara itu, Agus Muklison Kepala Desa Sudah mengatakan bahwa salah satu cita-cita desa yang dibinanya adalah menjadikannya sebagai desa yang mandiri secara energi, dan itu bisa dimulai dari program biogas ini.
“Harapan kami pembangunan biogas di Desa Sudah semakin bertambah, dan niatan kami untuk menjadi desa energi terbarukan khususnya biogas bisa terwujud” katanya.
Kegiatan kemudian dilanjutkan dengan mengunjungi para penerima manfaat yang biogasnya sudah digunakan, termasuk yang masih dalam proses pembangunan. Dalam kunjungan itu, salah seorang penerima manfaat mengungkapkan bahwa sejak menggunakan biogas, keluarganya tidak perlu lagi membeli elpiji. Selain itu, kandang ternaknya menjadi lebih bersih karena limbah kotoran sapi miliknya dapat dikelola.
“Sekarang masak tidak perlu beli elpiji lagi. Kandang juga jadi lebih bersih karena kotoran sapinya kan jadi biogas, terus bio-slurry (ampas biogas) bisa untuk pupuk.” Tutur Lantar, salah satu penerima manfaat.
Di sesi akhir kegiatan monitoring, Pusat Inkubasi Bisnis (PIB) Bojonegoro yang juga hadir menyampaikan tentang potensi kerjasama di bidang pengelolaan bio-slurry.
PIB Bojonegoro dalam tiga tahun terakhir giat mengembangkan bisnis bio-slurry terutama di Kecamatan Gayam. Dengan terbangunnya 100 unit biogas baru hingga 31 Desember di Bojonegoro, diharapkan pengelolaan dan bisnis bio-slurry dapat berkembang lebih pesat dari sebelumnya.
Yayasan Rumah Energi (YRE) menargetkan pembangunan 100 instalasi biogas hingga 31 Desember 2021. Pembangunan tersebut masuk pada Program Biogas 2021 di enam kecamatan, meliputi Kecamatan Malo, Kecamatan Kasiman, Kecamatan Tambakrejo, Kecamatan Sekar, Kecamatan Kapas dan Kecamatan Gondang. Tercatat hingga pertengahan Desember 2021 ini telah terbangun 90 unit di 6 kecamatan tersebut. (Jekson Simanjuntak)