Organisasi Lingkungan Ingatkan Penambahan Kapasitas Pabrik OKI Mill Berisiko Terhadap Kesehatan dan Peningkatan Emisi

Asia Pulp & Paper (APP) AURIGA Berita Lingkungan Environmental Paper Network HaKI Kerusakan Lingkungan Pabrik Kertas Terkini WALHI Sumatra Selatan

PALEMBANG, BERITALINGKUNGAN.COM — Lebih dari 30 organisasi masyarakat sipil  peduli lingkungan mengirimkan surat kepada investor Asia Pulp & Paper (APP), anak usaha Sinar Mas Group. Surat itu berisi informasi tentang peningkatan kapasitas pabrik OKI Mill di Sumatera Selatan yang berisiko terhadap kesehatan jutaan warga di Asia Tenggara dan peningkatan emisi, yang besarnya bahkan lebih dari emisi tahunan beberapa negara.

 

Perwakilan WALHI Sumatra Selatan M. Hairul Sobri mengatakan, usulan penambahan kapasitas pabrik hingga tiga kali lipat dari sebelumnya, akan mempersulit pengendalian kebakaran, penanganan konflik sosial, dan pengurangan deforestasi di Indonesia.

 

“Hal itu akan memperkecil kemampuan Indonesia memenuhi komitmen iklim sesuai Kesepakatan Paris,” katanya.

 

Sementara itu, Aidil Fitri dari HaKI menyebutkan bahwa berdasarkan Forests & Finance, sebuah database yang memantau investasi komoditas yang berisiko terhadap kehutanan termasuk pulp dan kertas, ditemukan setidaknya lima perusahaan besar selaku investor APP.

 

“Mereka adalah Vanguard (Rp 1,3 Triliun), Blackrock (Rp 936 miliar), Dimensional Fund Advisors (Rp 691 miliar), Japaneses Government Pension Fund GPIF (Rp 288 miliar), JP Morgan Chase (Rp 187 miliar),” ungkapnya.

 

Pada Juni 2021, OKI Mill mengumumkan penawaran obligasi senilai Rp.4 Triliun dengan tujuh penjamin emisi efek (Underwriter), antara lain; BCA Sekuritas, Mandiri Sekuritas, dan BRI Danareksa Sekuritas.

 

Sebelumnya, General Manager OKI Mill, David Kerr, dalam sebuah video promosi mengatakan, “Kami memiliki sumber bahan baku akasia yang memadai berdekatan dengan pabrik yang juga dekat dengan pasar Asia yang kami layani.”

 

“OKI Mill dekat dengan bahan baku,” imbuhya kemudian. 

 

Sayangnya, kebun akasia yang berdekatan dengan pabrik yang memasok separuh bahan baku kayu itu dibangun dengan mengeringkan lahan gambut yang kaya karbon, sehingga mudah terbakar. 

 

Perwakilan AURIGA Supintri Yohar menjelaskan bahwa bahaya lingkungan hidup, sosial, dan tata kelola (ESG – environmental, social, and governance) pada saatnya akan menjadi risiko finansial bagi investor dan penyedia jasa keuangan yang terkait dengan rencana peningkatan kapasitas produksi OKI Mill. “Bahkan terhadap afiliasi Asia Pulp & Paper secara keseluruhan,” ucapnya.

 

Karena itu, melalui surat tersebut, Supintri ingin mengingatkan para investor, bahwa gagasan meningkatkan kapasitas pabrik OKI Mill berisiko secara finansial sehubungan dengan model bisnis APP yang tidak patuh pada prinsip keberlanjutan. 

 

Ketika separuh kayu yang dipasok ke OKI Mill berasal dari lahan gambut yang dikeringkan, dan diyakini kaya karbon, Supintri khawatir kebakaran berulang akan kembali terjadi. Hal itu mengakibatkan bencana asap hingga udara dipenuhi zat kimia beracun yang berakibat kerugian ekonomi ratusan triliun dan bahkan tingginya angka kematian dini.

 

Sergio Baffoni dari Environmental Paper Network menegaskan jika surat yang mereka kirimkan, sekaligus untuk mengingatkan investor bahwa APP masih terhubung pada lebih dari seratus konflik dengan masyarakat lokal dan memiliki jejak kerusakan sosial, dengan resiko finansial tersembunyi sebesar antara USD 0,7 – 5,7 milliar.

 

“APP, bagian dari Sinar Mas Grup, dimiliki oleh Keluarga Widjaja, yang tokoh utamanya, Eka Tjipta Widjaja, merupakan orang terkaya ketiga di Indonesia dengan kekayaan bersih lebih dari Rp 120 triliun saat meninggalnya tahun 2019,” katanya.

 

Melalui surat itu, organisasi masyarakat sipil termasuk WALHI, AURIGA, Greenpeace, Rainforest Action Network dan HaKI, meminta investor untuk mendesak Sinar Mas dan APP menghentikan rencana peningkatan kapasitas pabrik OKI Mill. Mereka juga meminta agar korporasi membuktikan adanya rencana jangka panjang dalam pemenuhan bahan baku yang kredibel dan dapat ditinjau secara terbuka, serta memenuhi komitmen lingkungan dan sosial, seperti yang kerap dijanjikannya. (Jekson Simanjuntak)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *