JAKARTA, BERITALINGKUNGAN.COM – Yayasan KEHATI didukung sejumlah pihak melakukan rehabilitasi terumbu karang menggunakan modul PVC sebagai media tumbuh karang di Kawasan Wisata Alam Pulau Sangiang. Rehabiitasi terumbu karang dilakukan di dua lokasi, yaitu di Legon Bajo dan Legon Waru, sementara pembibitan karangnya di Tembuyung.
Berbeda dengan metode kebanyakan, rehabilitasi terumbu karang yang dilakukan sejak 2018 telah menunjukkan banyak perubahan. Setidaknya hingga tahun ini, sudah terdapat 75 modul yang ditanam di kawasan Pulau Sangiang.
Manajer Program Ekosistem Kelautan Yayasan KEHATI Yasser Ahmed memastikan tingkat keberhasilan transplantasi karang dengan pipa PVC di atas 67% per tahun. Fakta ini sangat menggembirakan, mengingat rehabilitasi dianggap berhasil jika survival rate berada di atas 50%.
“Berdasarkan hasil monitoring yang dilakukan setiap tahun, kami melihat transplantasi sudah dapat menyerupai fungsi ekosistem aslinya,” kata Yasser.
Menurut Yasser, pada tahun 2018, terdapat sebanyak 1.491 fragment karang dari 11 genus yang ditransplan pada terumbu buatan dengan tingkat survival rate sebesar 66%.
Kemudian di tahun 2019, sebanyak 544 fragment karang dari 13 genus ditransplan pada terumbu buatan dengan tingkat survival rate sebesar 64%. Sementara di tahun 2020, sebanyak 2159 fragment karang dari 13 genus ditransplan pada terumbu buatan dengan survival rate sebesar 64%.
“Kami berharap transplantasi dengan modul PVC dapat memperkaya metode rehabilitasi terumbu karang di Indonesia,” tutur Yasser.
Penggunaan modul berbahan PVC diyakini memiliki beberapa keunggulan, seperti materi yang ramah lingkungan, hingga proses yang mudah dan biaya yang murah.
Selain itu, sepengamatan Yasser, anakan terumbu karang juga berhasil tumbuh secara alami pada terumbu buatan. Pada tahun 2019, sedikitnya 40 anakan berhasil tumbuh, diikuti 335 anakan pada tahun 2020.
“Hingga tahun 2020 tercatat sebanyak 335 koloni rekrutmen karang yang berhasil menempel dan tumbuh pada terumbu buatan,” kata Yasser.
Sejauh ini, bibit karang didominasi oleh genus Pocillopora yang merupakan jenis karang pioneer dalam proses. Karang dari jenis ini mampu mengkolonisasi substrat sesegera mungkin, sehingga merupakan jenis pionir dalam mengkolonisasi substrat baru.
Selain melakukan transplantasi terumbu karang, KEHATI juga melakukan pengambilan data ekologi serta pengambilan sampel air untuk keperluan analisis environmental DNA (eDNA), untuk mengetahui keragaman hayati di perairan Pulau Sangiang.
Berdasarkan pengamatan ekologi secara visual di tahun 2021, ditemukan 30 spesies ikan di kawasan Legon Waru, 33 spesies di Legon Bajo, dan 20 spesies di Raden (daerah non-rehabilitasi).
“Hal itu mengindikasikan daerah rehabilitasi yaitu Legon Waru dan Legon Bajo memiliki kekayaan spesies ikan terumbu lebih tinggi dibandingkan daerah non-rehabilitasi yaitu Raden,” papar Yasser.
Data pengamatan ekologi lain menemukan sebanyak 45 spesies makrobentos di Legon Waru, 40 spesies di Legon Bajo, dan 23 spesies di Raden. Hal ini mengindikasikan daerah rehabilitasi yaitu Legon Waru dan Legon Bajo memiliki kekayaan spesies makrobentos lebih tinggi dibandingkan daerah Raden (non-rehabilitasi).
Makrobentos adalah hewan dan tumbuh-tumbuhan yang hidup di atas atau di bawah dasar laut atau pada wilayah yang disebut zona bentik (benthic zone) maupun dasar daerah tepian. Bentos berbeda dengan plankton yang hidup mengambang bebas di air.
Saat melakukan transplantasi terumbu karang di Pulau Sangiang, Banten, KEHATI didukung oleh 8 instansi/ lembaga seperti: PT Asahimas Chemical, Yayasan KEHATI, Yayasan Terangi, Maritim Muda Nusantara, BKSDA Jabar, Oceanogen Environmental and Biotechnoogy Laboklinikum, Laboratorium Biodiversitas dan Biosistematika Kelautan IPB, Marine Science and Diving School IPB.
“Kegiatan rehabilitasi terumbu karang juga melibatkan masyarakat lokal selaku pihak yang ikut menjaga terumbu karang secara langsung dan berkelanjutan,” pungkas Yasser. (Jekson Simanjuntak)