Sampah dan Aksi Burung Pintar di Pengunungan Arfak

Burung Pintar Papua Burung Vogelkop Bowerbird Environmental News Papua Pengunungan Arfak Sampah Satwa Terkini
Burung jantan beusaha mencari barang bagus untuk diberikan kepada betina. Foto : omkicau.com

Oleh :  Een Irawan Putra*

Mungkin waktu anda kecil pernah menonton aksi burung pintar di Papua yang menyusun berbagai barang yang berwarna-warni di tempat mainnya agar si betina mau datang berkunjung. Barang-barang tersebut disusun berdasarkan warnanya.

Ya, inilah kepintaran burung Vogelkop Bowerbird (Amblyornis inornata) atau sering disebut burung pintar. Di tengah hutan ia mengambil aneka buah, kulit pohon dan daun yang memiliki warna dan menyusunnya berdasarkan warna tersebut. 

Foto : Een Irawan Putra

Namun, ketika saya masuk ke hutan di Pengunungan Arfak tepatnya di Kampung Minggrei, Distrik Warmare, Papua Barat, burung ini tidak lagi mengambil buah ataupun daun. Tapi mengambil sampah. 

Foto : Een Irawan Putra.

Mulai dari tutup botol minuman kemasan, kaleng minuman, kaleng sarden, kemasan makanan, dan kantong kresek. 

Kampung dan jalan raya cukup jauh dari lokasi tempatnya ia bermain. Tapi ia sanggup membawa itu semua dengan paruhnya dan terbang dari tempatnya mengambil sampah-sampah tersebut. 

Beberapa sampah tersebut ukurannya jauh lebih besar dari pada ukuran tubuhnya. Sampah itu kini sudah merubah prilaku sebuah burung yang tinggal di ketinggian 1.700-2.000  meter dari permukaan laut (mdpl). Di atas gunung, di tengah hutan belantara. Burung ini pun seperti kena delusi sampah. 

Sendiri menyaksikan dari subuh hingga siang hari apa yang dilakukan burung ini di tengah hutan sungguh membuat hati ini seperti tersayat pisau yang sangat tajam. 

Betapa jahatnya kita sebagai umat manusia yang katanya diberikan akal dan pikiran. Sungguh saya tidak mau menjadi bagian manusia seperti ini.***

Penulis adalah Anggota Lawalata IPB yang merupakan Founder Rekam Nusantara ini, banyak melakukan perjalanan keliling Nusantara untuk mendokumentasikan kekayaan alam Indonesia melalui dokumentari lingkungan. 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *