Warga Tepian Hutan Papandayan Kini Bisa Menikmati Biogas

Berita Lingkungan Biogas Conservation Internasional Indonesia (CII) Energi Environmental News Hutan Papandayan News Star Energy Terkini

Ilustrasi biogas. Foto : Istimewa.

GARUT, BERITALINGKUNGAN.COM-  “Alhamdulillah, senang sekali dengan adanya program pembuatan biogas dari kotoran sapi,” kata Toni dengan raut wajah tampak berseri-seri ketika memperkenalkan project percontohan biogas di rumahnya di Cihawuk adalah desa di kecamatan Kertasari, Bandung, Jawa Barat, yang letaknya berada di tepian lembah hutan Papandayan.
Project percontohan biogas tersebut  merupakan program Conservation International Indonesia  (CI Indonesia) dan  secara teksnis dikerjakan oleh Yapeka yang pendanaanya berasal dari bantuan hibah dari Chevron Corporation di Amerika Serikat, sedangkan koordinasi untuk program ini dilaksanakan CI Indonesia bersama Chevron Pasific Indonesia (CPI) yang saat dimulai program ini, Chevron masih menjadi pengelola Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Darajat, Garut Jawa Barat. Namun pada April 2017, PLTP Drajat diakusisi oleh Star Energy perusahaan lokal Indonesia yang bergerak pada pengembangan energi baru dan terbarukan. 
Untuk menghasilkan biogas, Toni memanfaatkan kotoran lima sapi yang diperliharannya di belakang rumahnya. Tak jauh dari kandang sapi Toni, telah dibangun instalasi biogas berupa kolam pengaduk berbentuk lingkaran dan kubah berukuran 4 kubik berbentuk segi empat.
Toni  menggerakn instalasi biogas berupa kolam pengaduk kotoran sapi. Foto : Beritalingkungan.com/Marwan Azis
Setiap hari Toni mengaku memasukan kotoran sapi yang dicampur dengan air akan dimasukkan ke dalam kolom pengaduk untuk memisahkan antara kotoran dengan ampas sisa pakan ternaknya. Selanjutnya kotoran sapi itu dialiran ke dalam kubah berukuran 4 kubik. Di dalam kubah tersebut akan dipisahkan antara gas metana, dan ampas kotoran. Gas akan dialirkan ke kompor, sementara ampasnya dimanfaatkan sebagai pupuk organik yang dinamakan Bio-Slurry yang bermanfaat untuk menyuburkan tanaman dan mempercepat produksi.
Saat ini biogas yang dibangun dibelakang rumah Toni, telah dimanfaatkan oleh dua rumah. Dan menurut pihak Yapeka yang ikut mendampingi warga dalam membangun instalasi biogas, project pembuatan biogas ini akan terus dikembangkan di desa-desa tepian hutan Guntur Papandayan, Jawa Barat.
Menurut Toni, tantangan dalam mengenalkan biogas ini adalah kedisplinanannya untuk selalu mengolah limbah hewan setiap hari, dan menjaga agar kotoran limbah tidak tercampur dengan bahan kimia seperti sabun.
Hal lainnya, adalah biaya investasi membangun instalasi biogas yang relatif besar. Besaran biaya digunakan untuk membangun instalasi biogas menurut Toni, berkisar antara 13 sampai 20 juta rupiah, tergantung daerahnya karena harga material masing-masing daerah berbeda-beda.
“Semua biaya pembangunan instalasi biogas disini, Alhamdulillah dibantu sepenuhnya dari CI Indonesia dan Yapeka, ini sangat membantu sekali bisnis istiri saya yang kebetulan berjualan makanan,”terangnya. (Marwan Azis)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *