Pemerintah Congo tertarik belajar memulihkan ekosistem gambut di Indonesia

Berita Lingkungan Ekosistem Gambut Gambut Headline Hutan KLHK News Pemerintah Congo Terkini

JAKARTA, BERITALINGKUNGAN.COM– Upaya nyata pemerintahan Indonesia menata lahan gambut, terbukti menyelamatkan jutaan rakyat Indonesia dari bencana kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) pada periode 2016-2017, setelah biasanya rutin terjadi selama hampir dua dekade.

Tata kelola gambut secara ketat dan menyeluruh yang dilakukan pemerintah Indonesia, oleh United Nations Environment Programme (UNEP) atau program Lingkungan PBB, menjadi contoh terbaik bagi seluruh negara di dunia yang memiliki persoalan serupa.

Capaian ini dikatakan Menteri LHK Siti Nurbaya, sejalan dengan arahan Presiden Joko Widodo dan Wapres Jusuf Kalla pada November 2015, agar tata kelola gambut Indonesia harus scientific diakui internasional.

”Karena masalah Karhutla yang mayoritas terjadi di lahan gambut ini berlaku universal,” kata Menteri LHK Siti Nurbaya, Jumat (23/3) waktu setempat dalam kunjungan kerjanya mengikuti pertemuan Mitra Kerja Global Peatland Initiative (GPI) ke 3 di Brazzaville, Republik Kongo, melalui keterangan persnya yang diterima Beritalingkungan.com.

Pasca Karhutla hebat tahun 2015, Presiden Jokowi secara efektif menjadikan kebijakan perbaikan tata kelola gambut sebagai prioritas nasional, melalui penerbitan peraturan perundangan maupun langkah-langkah aksi nyata implementasi di lapangan untuk upaya pencegahan terulangnya kembali kebakaran gambut.

Terbukti kini para ilmuwan, pengambil keputusan dan praktisi dunia, yang tergabung dalam Global Peatland Initiatives mengakui keberhasilan tata kelola gambut Indonesia. Mereka nantinya akan mempelajari perspektif legal, kelembagaan dan teknik operasional.

”Jadi Presiden dan Wapres kita sebenarnya sudah punya perspektif yang jauh saat mengambil kebijakan restorasi gambut tersebut,” kata Menteri Siti.

Dalam waktu dekat dua negara yang memiliki luas gambut terbesar di dunia, yakni Republik Congo dan Republik Demokratik Congo, akan segera belajar ke Indonesia.

“Indonesia akan memimpin south-south cooperation (kerjasama selatan-selatan) menangani gambut Congo Basin untuk dunia,” kata Menteri Siti.

Congo basin atau lembah Kongo meliputi tiga negara yang memiliki lahan gambut terluas kedua di dunia. Tiga negara dimaksud adalah Republik Congo, Republik Demokratik Congo dan Gabon. Selain Indonesia dan duo Congo, negara dengan luas gambut terbesar lainnya di dunia adalah Peru.

Menteri Siti menjadi pembicara kunci pada pertemuan tingkat tinggi GPI. Pada pertemuan tersebut, telah ditandatangani hasil konferensi Global Peatland Innitiatives ke 3, bersama dengan Menteri Lingkungan Hidup Republik Demokratik Kongo, Amy Ambatobe Nyongolo, dan Menteri Lingkungan Hidup Republik Kongo Arlette Soudan-Nonau. Turut hadir menyaksikan Direktur eksekutif Program Lingkungan PBB (UNEP), Erik Solheim.
Baca juga

”Jika dulu gambut Indonesia dikenal karena rawan terbakar, sekarang sebaliknya, menjadi referensi untuk melindungi gambut Congo Basin,” jelas Menteri Siti.

”Dua menteri dari negara Congo juga akan ke Indonesia, sekitar bulan Juni mendatang,” tambahnya.

Menteri Siti Nurbaya juga diterima langsung oleh dua pemimpin negara. Pertemuan awal dengan PM Republik Kongo, Clement Mouamba di Brazzaville, dilanjutkan dengan Wakil PM Republik Demokratik Congo, Jose Makila di Kinshasa. Kedua negara berdekatan ini hanya dipisahkan oleh sungai Congo.

”Saya bangga saat mereka mengatakan terinspirasi keberhasilan Indonesia mengelola gambut, dan mengakui kemajuan ekonomi Indonesia. Mereka juga akan mengutus para menterinya untuk belajar ke kita,” kata Menteri Siti.

PM Republik Kongo, Clement Mouamba mengapresiasi langkah-langkah pemerintah Indonesia yang melibatkan TNI, Polri, masyarakat, dan swasta dalam mengatasi dan mencegah kebakaran di lahan gambut .

Bagi negara bekas jajahan Perancis ini, pengalaman Indonesia mengatasi gambut dalam kurun waktu dua tahun terakhir, akan menjadi contoh untuk diterapkan di negara mereka.

Sementara itu Wakil PM Jose Kamila mengatakan bahwa lahan gambut di negara bekas jajahan Belgia ini mulai diincar untuk dijadikan perkebunan sawit.

”Pengalaman Indonesia berhasil mengelola gambut sangat penting bagi kami, termasuk upaya penegakan hukum,” katanya.

Atas apresiasi kedua pemimpin negara, Menteri Siti Nurbaya memastikan bahwa Indonesia siap berbagi pengalaman untuk pengelolaan gambut dunia yang lebih baik.

”Indonesia siap berbagi best practices pengelolaan gambut kepada Congo Brazzaville dan Congo Kinshasa. Baik untuk para penentu kebijakan maupun tenaga teknis,” tegas Menteri Siti kepada kedua pemimpin negara di Afrika Tengah tersebut. (Wan)
–>

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *