Agus dan Rahma adalah sepasang remaja Makassar, superit lainnya — yang tengah jatuh cinta. Tapi tidak seperti remaja kebanyakan, keduanya punya kisah sendiri. Kisah cinta mereka semerbak karena sampah.
Aha, sesuatu yang lain berdesir di dada Agus ketika melihat remaja putri itu. Desir anak muda yang merasakan getar-getar aneh. Sekelilingnya seperti indah, semerbak, tiba-tiba tak ada bau sampah di bak sampahnya. Senyum Rahma mengubah segalanya.
Sejak itu, semakin keraplah Agus memasuki larong tersebut, hanya untuk melihat seseorang yang membuat dadanya berdesir.
Suatu hari Agus, remaja asal Karunrung itu memberanikan diri berkenalan dengan Rahma. Seperti remaja kebanyakan, keduanya saling tukar nomor henpon. Hingga kemudian Agus memberanikan diri mengungkapkan perasaannya kepada Rahma setelah berulang-ulang berbalas kata lewat henpon.
Agus tidak ingat bagaimana persisnya tapi yang lekat dalam ingatannya adalah dia sudah berpacaran dengan Rahma selama 10 bulan. Ahai, sudah 10 bulan usia pacaran mereka. Kalau kalender dihitung mundur, berarti mereka mulai pacaran April 2016.
Empat bulan setelah pacaran, Rahma kemudian mengungkapkan kesediannya yang tidak pernah dibayangkan Agus: menemaninya mengangkut sampah. Rahma anteng saja ikut di motor Agus ke mana-mana, bolak-balik hingga ke tempat pembuangan akhir.
Awalnya, Rahma yang sudah agak lama tidak melanjutkan pendidikan ini, sering disoraki dan digoda teman-temannya ketika duduk di dekat Agus yang tengah membawa motor pengangkut sampah. Tapi lama-kelamaan Rahma terbiasa. Baginya, Agus adalah cowok yang baik, dan membuatnya merasa nyaman.
“Bagaimana dengan orang tua Rahma, anaknya ikut mengangkut sampah bersamamu?”
“Orang tuanya sudah tahu, Rahma menemani saya keliling mengangkut sampah. Orang tuanya sudah tahu keadaan saya.”
Bila Anda warga Kecamatan Rappocini, Makassar, mungkin pernah melihat mereka. Cinta mereka berawal karena sampah dan bersemi karena sampah. (Percik Nur Alim Djalil)
–>