JAKARTA, BL– FORMADAT, (Forum Masyarakat Adat Dataran Tinggi Borneo (Indonesia-Malaysia)) dinobatkan menjadi salah satu pemenang Equator Prize 2015 yang diumumkan di Sekretariat PBB di New York, Senin 21 September waktu setempat.
Tahun ini, Equator Prize diberikan kepada 21 inisiatif komunitas lokal dan adat dari total 1461 nominasi dari 126 negara yang diterima The Equator Initiative. Komunitas Adat Muara Tae di Kalimantan Timur dan Kelompok Peduli Lingkungan Belitung di Sumatera juga di antara yang mendapatkan penghargaan tahun ini. Penyerahan hadiah Equator Prize 2015 akan dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan UNFCCC COP 21 di Paris.
FORMADAT sebagai forum komunitas lintas batas, Indonesia – Malaysia, didirikan pada tahun 2004 membangun dari kesamaan ikatan sejarah dan budaya diantara masyarakat adat Lundayeh/Lun Bawang, Kelabit, dan Sa’ban yang hidup di kawasan dataran tinggi Jantung Kalimantan (Heart of Borneo). Forum ini bertujuan untuk mengintegrasikan konservasi dan pembangunan, dan memastikan pembangunan di kawasan ini menjaga karakter lingkungan dan sosial-budaya masyarakatnya.
Bentang dataran tinggi kawasan Jantung Kalimantan secara tradisional merupakan jalinan dari lahan pertanian, hutan alam, sungai , dan situs-situs budaya. Wilayah ini secara tradisional adalah kawasan pertanian sawah di Pulau Kalimantan. Para petani mengembangkan sistem pertanian sawah padi yang unik di pedalaman Kalimantan dimana pada umumnya di pedalaman pertanian tradisional kebanyakan dari mereka mempraktekkan pertanian gilir balik.
Kelompok ini telah memprioritaskan bertanam jenis padi lokal seperti adan dan melestarikan pohon buah lokal. Diluar pertanian, FORMADAT mengelola pusat komunikasi Tele-Center yang menggunakan tenaga surya dan mulai beroperasi sejak tahun 2011. Bersama E-Bario dan E-Ba’Kelalan di Malaysia, inisiatif ini mendukung pertukaran informasi serta mendukung ekowisata lokal.
“Apa yang dimulai FORMADAT pada September 2003 saat membayangkan dan mendiskusikan konsep ini telah menunjukkan visi jangka panjang yang sangat kuat untuk mewujudkan keberlanjutan dan keamanan bagi homeland (tanah asal usul) dan masyarakat mereka,” kata Cristina Eghenter, Deputy Director Social Development WWF Indonesia melalui keterangan tertulisanya yang diterima Beritalingkungan.com
“Equator Prize 2015 ini merupakan penghargaan yang layak mereka dapatkan atas upaya FORMADAT yang telah mengedepankan model lokal untuk pembangunan yang berkelanjutan dan adil yang dibangun diatas landasan budaya yang kuat,” lanjut Cristina.
Ketua FORMADAT Indonesia, Lewi G.Paru menjelaskan, FORMADAT adalah forum di halaman rumah kami sendiri untuk melayani kepentingan semua yang hidup bersama-sama di dataran tinggi di perbatasan Kawasan Tinggi Borneo. “Ini menyatukan kita dalam satu persahabatan, satu pemikiran, satu perjalanan untuk menjaga rumah kita, hak-hak, lingkungan dan budaya kita.”tandasnya. (Marwan).