Teluk Tomini Rusak, Ketahanan Pangan Warga Lemito Terancam

Featured Slider Gorontalo Indeks Laut Lemito News Sulawesi Teluk Tomini
Ilustrasi bentang alam Teluk Tomini. Foto : Ist.

GORONTALO, BL- Terumbu karang di perairan Kecamatan Lemito, Kabupaten Pohuwato, yang juga termasuk dalam wilayah Teluk Tomini, kini sedang terancam. Ancaman itu adalah kerusakan terumbu karangnya, yang bisa berakibat pada penduduk di Lemito.
“Kalau terumbu karang hancur, maka mengancam ketahanan pangan, yaitu kebutuhan protein, bagi lebih dari 3,000 orang jiwa yang ada di Lemito,” kata Nilmawati, dari Destructive Fishing Watch (DFW), dalam sebuah diskusi di kantor AJI Kota Gorontalo, belum lama ini seperti dikutip DeGorontalo.co (Situs Sindikasi Beritalingkungan.com).

 
Berdasarkan hasil pengamatan DFW di dua kecamatan berbeda di Kabupaten Pohuwato, yaitu kecamatan Lemito dan Popayato, setiap harinya nelayan-nelayan pengguna alat tangkap yang merusak seperti pengeboman, mampu menghasilkan rata-rata 70 kilogram ikan per-tripnya. Sedangkan nelayan yang menggunakan pukat dan kompresor sebagai alat bantu dapat menghasilkan rata-rata 200 kilogram per-tripnya.
Hasil ini sangatlah jauh bila dibandingkan dengan penghasilan nelayan yang berkomitmen menggunakan alat tangkap rumah lingkungan seperti pancing dan panah. Hasil pengamatan DFW di lapangan menemukan bahwa pancing dan panah hanya mampu menghasilkan masing-masing 5 persen dan 7 persen.

“Ini berarti sekali menggunakan bom ikan maka setara dengan 27 hari menggunakan pukat, 16 hari menggunakan pancing, dan 10 hari menggunakan panah,” ungkap Nilmawati.

Hasil analisis data citra satelit menemukan bahwa telah terjadi pengurangan areal tutupan karang, dimana tutupan karang di tahun 1990 masih sebesar 883,63 hektar, sedangkan areal tutupan terumbu karang di tahun 2014 tahun kemarin menunjukan pengurangan yaitu sebesar 749,61 hektar.

“Namun, walaupun pengurangan jumlah areal tutupan karang ini tidak besar dan tidak significant, pertumbuhan terumbu karang yang begitu sangat lambat, yaitu sekitar 1 centimeter per tahunnya, tentu saja tidak akan bisa mencover laju kerusakan yang terjadi jika kegiatan penangkapan yang merusak ini tetap saja terjadi.”

“Kegiatan pengeboman ini bukan hanya membahayakan nelayan tangkap, namun juga dapat mengancam keberadaan lahan budidaya rumput laut di kawasan ini,” ujar Nilmawati. (CHRISTOPEL PAINO?DeGorontalo.co)
–>

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *