Aktivisi Greenpeace saat menyerahkan panel surya ke Abah Ugi Sugriana, Pemimpin Masyarakat Banten Kidul Kasepuhan Ciptagelar (26/4/2015) |
CIPTAGELAR, BL- Greenpeace bersama Football Club Social Alliance dan warga Kasepuhan Ciptagelar melakukan instalasi panel surya hari ini di Kampung Ciptagelar, Desa Sirna resmi, Jawa Barat.
Instalasi panel surya ini bertujuan untuk menyediakan sumber energi bersih dan terbarukan bagi masyarakat Kasepuhan Ciptagelar yang masih belum mendapatkan akses listrik selama ini.
Sebelum kegiatan instalasi ini dilakukan, komunitas sepakbola tersebut juga mengadakan pelatihan kepada 34 anak-anak muda Indonesia mengenai pentingnya kesadaran lingkungan dan energi terbarukan. Mereka memperoleh pengetahuan tentang isu lingkungan, perubahan iklim serta energi terbarukan di Indonesia. Pemasangan panel surya tersebut berlangsung akhir pekan lalu (26/4).
Menurut Hindun Mulaika, Juru kampanye Iklim dan Energi Greenpeace Indonesia, Kasepuhan Ciptagelar memiliki pembangkit listrik mini-hydro. Namun, selama musim kemarau air perlu dialihkan untuk mengairi sawah. Produksi energi kemudian tidak lagi cukup untuk daya semua bangunan dan lembaga masyarakat. Oleh karena itu, Greenpeace melengkapi sistem energi dengan sumber lain energi terbarukan yaitupanel surya. Sehingga listrik di sekolah independen tidak bergantung pada fluktuasi grid.Panel surya yang dipasang saat ini berdaya sebesar 800 WP yang akan digunakan untuk penerangan untuk fasilitas sekolah.
“Saat ini listrik sangat dibutuhkan untuk sarana belajar mengajar.”Dengan listrik darani panel surya, guru akan sangat terbantu untuk input data, melaporkan ke pusat lebih cepat dan dapat mengajar dengan proyektor infocus,”
”Satu lagi yang Abah suka dari memanfaatkan energi dari alam yang jarang dimanfaatkan pemerintah, sekolah-sekolah yang jauh dari kota, semoga bisa terbantu, karena kebanyakan area di Indonesia ada di pedalaman. Harapan Abah, siswa disini mendapatkan pendidikan sebaik di kota, biar bisa pintar, menjaga alam, dan jaga adat istiadat”, kata Abah Ugi Sugriana, Pemimpin Masyarakat Banten Kidul Kasepuhan Ciptagelar.
Indonesia saat ini merupakan salah satu negara dengan tingkat elektrifikasi terendah di Asia Tenggara. Saat ini hanya 80 persen dari total rakyat Indonesia yang sudah menikmati akses listrik, sisanya sekitar 50 juta rakyat Indonesia yang sebagian besar merupakan masyarakat adat masih belum menikmati akses listrik dari negara sampai saat ini.
Sayangnya Indonesia masih sangat tergantung kepada bahan bakar fosil, terutama batubara. Pembangkit Listrik Tenaga Batubara adalah sumber emisi karbon terbesar yang merupakan buatan manusia, dan salah satu penyebab terbesar perubahan iklim. Batubara juga menyebabkan kerusakan lingkungan yang tak bisa diperbaiki, mata pencaharian dan kesehatan masyarakat Indonesia.
Pemanfaatan besar-besaran energi terbarukan harus dimulai sekarang. Potensi energi terbarukan sangat melimpah di Indonesia, dan potensi kelimpahan energi panas bumi mencapai 40% dari total cadangan di dunia. “Namun, data pemerintah menunjukkan bahwa penggunaan energi terbarukan di Indonesia baru mencapai angka 5% sementara 95% lainnya, masih digantungkan pada bahan bakar fosil seperti minyak bumi, gas, dan batubara, yang cadangannya semakin menipis dan tak begitu lama lagi akan segera habis”, kata Hindun melalui keterangan tertulisnya yang diterima Beritalingkungan.com (28/4).
Ia menambahkan, desentralisasi energi terbarukan adalah solusi untuk mencapai 100%akses listrik untuk semua warga negara Indonesia. Hal ini tidak hanya melindungi lingkungan Indonesia dan akan menciptakan lapangan kerja tetapi juga memiliki efek positif pada mitigasi perubahan iklim, dimana Indonesia sangat rentan terhadap ancaman global ini.
Tidak ada yang tidak mungkin untuk pengembangan energi terbarukan yang aman dan bersih di Indonesia. Indonesia merupakan negara kepulauan dengan potensi sumber daya alam yang luar biasa berlimpah. Tenaga angin, air dan matahari yang bisa dimanfaatkan sebagai energi alternatif, keberadaannya sangat mudah ditemui di berbagai pelosok negeri ini.
Terkait dengan kondisi geografis Indonesia, sistem listrik nasional saat ini terfragmentasi, membuat paling tidak sepertiga masyarakat Indonesia belum dapat menikmati listrik dari negara. Saat ini, generator diesel –yang mahal dan sangat tergantung kepada suplai bahan bakar—menjadi satu-satunya sumber listrik bagi masyarakat di kawasan terpencil.
“Pembangkit listrik tenaga energi terbarukan berskala kecil yang terdesentralisasi dan mandiri akan memberikan masyarakat akses mendapat listrik bersih, dan membantu mereka meninggalkan diesel dan gas yang mahal,” pungkasnya (Marwan Azis).