Keluarga Owa Jawa Dilepasliarkan di Hutan Gunung Malabar

Featured Slider Indeks Satwa Top Stories
Primata owa jawa yang diberi nama Jowo pasca dilepasliarkan di hutan lindung Gunung Haruman, yang merupakan kawasan Hutan Lindung Gunung Malabar, Jawa Barat. Foto : Ay Januar/ Ekuatorial.com.

BANDUNG, BL-  Yayasan Owa Jawa yang didukung sejumlah lembaga kemarin kembali melepasliarkan satu keluarga owa jawa yang terdiri dari sepasang induk jantan betina dan dua anak ke habitat alaminya di Gunung Haruman, yang merupakan kawasan Hutan Lindung Gunung Malabar, Jawa Barat.

Sebelumnya mereka menjalani proses rehabilitasi selama enam tahun. Keluarga Owa yang dilepasliarkan kali ini terdiri sepasang induk dan kedua anak mereka yang lahir di Pusat Penyelamatan dan Rehabilitasi Owa Jawa atau Jawa Gibbon Center (JGC) di Resort Bedogol, Taman Nasional Gunung Gede Pangrango.

Sang Ayah diberi nama Jowo, sang Ibu bernama Bombom, kemudian Yani adalah anak pertama mereka yang berumur 3 tahun 8 bulan dan Yudi yang masih berumur 9 bulan. Kedua anak mereka, Yani dan Yudi, terlahir di Javan Gibbon Center (JGC).

Jowo dan Bombom menjadi penghuni JGC sejak 13 April 2008 yang ditranslokasi dari KONUS, Bandung. Tidak sampai 2 bulan kemudian mereka saling dikenalkan satu sama lain dan menjadi pasangan tetap sejak 1 Juni 2008. Keduanya kini diperkirakan berumur sekitar 15 tahun. Yani, anak pertama dari pasangan ini, lahir pada 21 Juli 2010 sedangkan Yudi terlahir pada 7 Juni 2013, hampir 3 tahun setelah kelahiran Yani.

Sebelum perawatan di JGC, Bombon dan pasangannya yang diberi nama Jowo, menjadi satwa peliharaan masyarakat tanpa harapan untuk kembali ke hutan yang menjadi habitat mereka. Sementara kedua anak owa itu diberi nama Yani dan Yudi.

Menurut pihak Yayasan Owa Jawa, dalam sejarah konservasi, program pelepasliaran yang melibatkan satu unit keluarga owa belum pernah dilakukan sebelumnya. Peristiwa unik ini tidak saja menggambarkan keberhasilan program rehabilitasi owa jawa, tetapi juga memberikan kesempatan emas bagi para peneliti dan penggiat konservasi untuk mengkaji proses adaptasi satwa langka ini di habitat aslinya setelah bertahun-tahun hidup dengan manusia.

Sebelumnya, satu tahun yang lalu, sepasang owa jawa telah dilepasliarkan di lokasi yang sama. Kegiatan tersebut merupakan kerjasama Direktorat Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam (PHKA), Kementerian Kehutanan, Perum Perhutani dan Yayasan Owa Jawa. Owa yang dlepasliarkan merupakan keberhasilan panjang program rehabilitasi yang didukung Balai Besar Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Jawa Barat, Conservation Internasional Indonesia, Universitas Indonesia, Silvery Gibbon Project, dan PT Pertamina EP Asset 3 Subang Field.

Hingga saat saat ini owa jawa masih menjadi target perburuan untuk dijadikan satwa peliharaan. Dengan berkurangnya hutan tropis di Jawa, owa jawa sebagai primata terlangka di dunia, semakin mudah diburu. Mengembalikan mereka ke hutan dalam keadaan sehat dan bebas penyakit menjadi salah satu upaya memastikan keberlanjutan species ini.

Keluarga Jowo.  Foto : dok Yayasan Owa Jawa.

Salah seorang aktivis Javan Gibbon Center (Yayasan Owa Jawa), Anton Ario MSc menjelaskan, kawasan Hutan Lindung Gunung Malabar yang memiliki ketinggian kurang lebih 1700 meter dari permukaan laut, dipilih sebagai tempat pelepasliaran owa jawa setelah melalui serangkaian survei kelayakan habitat untuk memastikan ketersediaan pohon pakan dan keamanannya. Kawasan hutan yang dikelola Perum Perhutani tersebut diharapkan dapat menjadi rumah yang aman bagi owa jawa di tengah maraknya ancaman perburuan dan kerusakan hutan di Pulau Jawa saat ini.

Direktur Utama Perum Perhutani, Dr Bambang Sukmanto dalam sambutannya pada acara pelepasan owa jawa di camp ground Gunung Puntang  yang masih merupakan kawasan hutan Gunung Malabar mengatakan, kondisi kawasan Gunung Malabar dianggap mampu bertahan hidup dengan jumlah pakan sekitar 15 jenis.

Berkurangnya hutan tropis di jawa membuat owa jawa makin langkah. Untuk mendukung penyelamatan owa jawa akan dilantik Gibbon proteksion unit dan gibbon monitoring unit.  “Kami Perhutani Divisi Jabar menjamin, supaya owa bisa hidup dengan baik di alam. Pelepasan jawa kalau berhasil, ini termasuk luar biasa,”tandasnya.

Konservasi owa jawa di Hutan Lindung Malabar,  wilayah perhutani merupakan salah satu bentuk tanggungjawab Perhutani dalam melestarikan satwa kebangaan Indonesia melalui pengelolaan hutan lestari. “Dengan adanya owa jawa, hutan lindung Gunung Malabar dapat dikembangkan sebagai salah satu kawasan minat khusus yang mendatangkan manfaat langsung bagi masyarakat sekitarnya,” tuturnya.

Ketua Pengurus Yayasan Owa Jawa, Dr Noviar Andayani menambahkan, bahwa upaya konservasi owa jawa di tengah tekanan pembangunan ekonomi Pulau Jawa bukan perkara mudah. ” Diperlukan dukungan semua pihak untuk menyelamatkan primata ini dari kepunahan. Program konservasi ini diharapkan dapat menjadi contoh kemitraan yang kuat antara sektor bisnis, pemerintah dan masyarakat,”tandasnya.

“Kurang setahun lalu, kita berkumpul ditempat ini, juga melepaskan owa jawa. Hari terasa istimewa, karena akan melepaskan pelepasan Owa Jawa yang dipertemukan dalam rehabilitasi “tambahnya.

Bagi Yayasan Owa Jawa menurut  Andayani, keluarga owa jawa Bombon termasuk yang diistimewa karena ia datang dengam peluruh yang bersarang diperuknya, namun ia paling produktif memproduksi dengan dua anak yaitu Yani dan Yudi.

“Alhamdulillah saat keempat ini, keempat owa ini siap dilepasliarkan. Dan untuk pengamanan dibentuk empat tim pengamanan owa jawa,”jelasnya sembari mengucapkan terimakasih atas bantuan stokeholder yang mendukung pelestarian owa Jawa.

Acara pelepasan keluarga owa jawa ini juga dihadiri oleh kalangan militer dari Kodam Siliwangi dan Sekda Provinsi Jawa Barat, aktivis NGO serta puluhan jurnalis dari berbagai media.  Panglima Kodam III/Siliwangi, Mayor Jenderal Dedi Kusnadi menyambut baik pelepasliaran owa ini, dan berjanji akan membantu pengamanan dan pelestarian owa jawa.

“Rangkaian pelatihan (militer red) tidak boleh merusak lingkungan.  Kami berkomitmen untuk mengawasi lingkungan hutan di sini, termasuk menggerakan Babinsa,”tuturnya.

Ia juga menyarankan pihak Perhutani, untuk membuat pamplet tulisan yang sifatnya mengarah kepelestarian alam, serta meminta anggotanya agar melakukan memonitoring satwa langka lainnya agar kembali dilepas ke alam. (Marwan Azis).

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *