BALI, BL- Dua pendaki gunung asal Banyuwangi Ari Restu dan Edy Prayitno, melakukan pendakian ke Gunung Agung, Bali untuk menyuarkan penolakan operasi penambangan emas di Gunung Tumpang Pitu, Banyuwangi, Jawa Timur.
Aksi pendakian ini dilakukan Ari dan Restu disaat perhatian sebagian warga Banyuwangi tercurah ke lomba balap sepeda berskala internasional Banyuwangi Tour De Ijen (BTDI), namun mereka lebih memilih meninggalkan tanah kelahirannya untuk mengetuk simpati dunia agar peduli pada keselamatan hutan lindung Gunung Tumpang Pitu.
Dua aktivis lingkungan yang tergabung di Banyuwangi’s Forum For Environmental Learning (BaFFEL) itu berhasil sampai pada puncak Gunung Agung (3.124 mdpl), Bali pada tanggal 4 November lalu. Disana mereka menyuarakan penolakan rencana eksploitasi emas di hutan lindung Gunung Tumpang Pitu dari puncak gunung. “Hey world, safe Banyuwangi and Tumpang Pitu from gold minning”, begitu tulisan spanduk yang mereka kibarkan di kori suci Gunung Agung.
“Bali itu titik yang menarik perhatian dunia, karena itu penolakan tambang emas Tumpang Pitu kami suarakan di Gunung Agung. Harapannya, dunia mendukung sikap kami”, kata Ari kepada Beritalingkungan.com via email.
Ari menambahkan, aksi tersebut merupakan reaksi atas sikap Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas yang begitu tertutup jika menyangkut soal kehutanan, khususnya eksploitasi emas Tumpang Pitu. Dalam investigasi yang dilakukan BaFFEL, tercatat hingga bulan ini terhitung ada empat kali pertemuan tertutup yang dilakukan Bupati Banyuwangi.
“Semua pertemuan tertutup itu ber-isu kehutanan. Di bulan Mei lalu ada dua kali pertemuan tertutup. Di bulan Juli ada satu kali. Dan yang terbaru justru terjadi di awal bulan November. Diam-diam bupati melakukan pertemuan dengan Direktur Pemanfaatan Jasa Lingkungan Kawasan Konservasi dan Hutan Lindung Departemen Kehutanan.”, ujar pendaki yang juga relawan penanggulangan bencana itu.
Berdasarkan informasi yang berhasil dihimpun Beritalingkungan.com, hingga saat ini setidaknya ada satu perusahaan yaitu PT Indo Multi Niaga (IMN) yang akan melakukan eksploitasi tambang emas di Gunung Tumpang Pitu, Kecamatan Pesanggaran, pada 2014 mendatang. Adapun luas area produksi yang akan dikelola perusahan tersebut sesuai dengan Surat Keputusan No 188/10/KEP/429.011/2010. seluas 4.998 hektare selama 20 tahun.
Rencana tersebut kini menuai penolakan dari berbagai elemen masyarakat di Banyuwangi terutama aktivis lingkungan yang tergabung di BaFFel. Aksi mereka lakukan di Gunung Agung, Bali, menurut Ari, tak hanya memancing keingintahuan pendaki lain yang kebetulan berada di Gunung Agung, namun juga menarik perhatian beberapa warga yang bersembahyang di kori suci Gunung Agung.
BaFFEL memilih kori suci Gunung Agung sebagai salah satu titi aksi dengan maksud menunjukkan titik persamaan antara Gunung Agung dengan Gunung Tumpang Pitu. “Dua gunung ini sama-sama memiliki tempat ibadah yang disucikan umat Hindu. Jika di Gunung Agung ada kori suci, maka di kaki Gunung Tumpang Pitu ada Pura Segara Tawang Alun,” pungkas Ari. (Marwan Azis)