Teluk Kendari yang dipotret dari udara. Foto : Marwan Azis/Beritalingkungan.com. |
Lima tahun belakangan pembangunan Kota Kendari memang terus menggeliat. Pemerintah Kota Kendari membuka akses sebesar-besarnya pada dunia investasi di kota ini. Dari ujung kota lama hingga ke wilayah baru seperti Kecamatan Poasia/Andonohu dan ke arah Kecamatan Baruga semua telah berdiri ruko lantai tiga. Termasuk dibidang developer perumahan elit.
Terdapat sejumlah kawasan elit yang kini dibangun, diantaranya, di Kawasan Kemaraya Regency, Kawasan Palm Mas Baruga, Kawasan Citra Land milik taipan kondang Ciputra. Pembanguna rumah took juga tak kalah maraknya. Kota Kendari sendiri sejak satu dasawarsa dikenal sebagai kota ruko, menyusul semakin banyaknya berdiri rumah toko.
Membangundengan kecenderungan mengabaikan aspek lingkungan ini tak dibarengi dengan studi kelayakan terlebih dahulu. Misalnya saja, bagaimana mendirikan bangunan ruko yang tidak pada tempatnya misalnya membangun di kawasan daerah resapan air. Memicu semakin berkurangnya lahan basah sebagai daerah resapan air.
Mereka lupa jika keberadaan teluk kendari sangat vital bagi pemenuhan hidup masyarakat Kota Kendari. Namun sayang keberadaan teluk tahun-tahun belakangan semakin diabaikan, tak hanya masyarakat yang kerap menggunakan teluk kendari sebagai tong sampah raksasa, tetapi juga ketidakpedulian dari pemerintah setempat yang lalai dalam pengawasan dan melindungi lindungan keberadaan teluk serta membiarkan perambahan hutan terjadi disekitar kawasan seperti Hutan Nangananga dan Hutan Tahura Nipa-nipa yang berada dijantung hutan kota.
Telah banyak peringatan, desakan dan harapan kelopok masyarakat, baik dari penggiat lingkungan seperti LSM, mahasiswa maupun perguruan tinggi, namun seolah berlalu begitu saja, pemerintah sebagai eksekutor belum menganggap keberadaan teluk sebagai sarana vital kota ini.
Pembiaran pada kerusakan teluk kendari maka prediksi teluk akan menjadi daratan luas segera terwujud, itu artinya kota ini akan menuai bencana yang lebih dasyat dari musibah yang baru saja berlalu di depan mata kita. Jika saja system pengawasan penataan kota tidak diubah, maka diprediksi sebagain wilayah Kota Kendari ke depan akan tenggelam. Terlebih saat intensitas curah hujan tinggi maka akan terjadi pertemuan air pasang dan melimpahnya air dari 14 sungai dalam Kota Kendari akibat hujan deras, ke depan dikuatirkan menjadi problem besar. Sekali lagi jika saja pemerintah tidak segera berbenah maka bukan mustahil banjir besar nantinya akan terjadi menenggelamkan sebagain besar kota ini. (Yos Hasrul)