Diprediksi Separuh Kota Kendari Akan Tenggelam

Air Featured Slider Indeks Kendari Top Stories
Teluk Kendari yang dipotret dari udara. Foto : Marwan Azis/Beritalingkungan.com.
KENDARI, BL- Apa sebenarnya yang membuat Kota Kendari selalu dilanda banjir?  Banyak yang menganggap ini tak lebih dari ketidakseriusan pemerintah dalam menjalankan fungsi sebagai pengawasan dan pengendalian dari aktifitas kehidupan masyarakat kota ini.  

Ini mengacu dari musibah banjir yang melanda Kota Kendari sepekan ini. Dimana hamper 70 persen wilayah Kota Kendari terendam air bah. Tak sedikit harta benda masyarakat yang hilang, kerugian ditaksir mencapai puluhan miliar rupiah.   

Lima tahun belakangan pembangunan Kota Kendari memang terus menggeliat. Pemerintah Kota Kendari membuka akses sebesar-besarnya pada dunia investasi di kota ini. Dari ujung kota lama hingga ke wilayah baru seperti Kecamatan Poasia/Andonohu dan ke arah Kecamatan Baruga semua telah berdiri ruko lantai tiga. Termasuk dibidang developer perumahan elit.


Terdapat sejumlah kawasan elit yang kini dibangun, diantaranya, di Kawasan Kemaraya Regency, Kawasan Palm Mas Baruga, Kawasan Citra Land milik taipan kondang Ciputra. Pembanguna rumah took juga tak kalah maraknya. Kota Kendari sendiri sejak satu dasawarsa dikenal sebagai kota ruko, menyusul semakin banyaknya berdiri rumah toko. 

Membangundengan kecenderungan mengabaikan aspek lingkungan ini tak dibarengi dengan  studi kelayakan terlebih dahulu. Misalnya saja, bagaimana mendirikan bangunan ruko yang tidak pada tempatnya misalnya membangun di kawasan daerah resapan air. Memicu semakin berkurangnya lahan basah sebagai daerah resapan air.


Aksi jual beli lahan di kawasan teluk kendari juga diduga ikut memiliki andil semakin sedikitnya jumlah daerah lahan basah. Banyak pemilik tambak yang menjual belikan tanah mereka kepada developer. Tambak-tambak ini kemudian ditimbun dan dibangun gedung. Seperti yang tampak di sisi selatan teluk Kendari, aksi jual beli lahan laut marak terjadi. Pemerintah seolah acuh pada persoalan serius ini.  

Mereka lupa jika keberadaan teluk kendari sangat vital bagi pemenuhan hidup masyarakat Kota Kendari. Namun sayang keberadaan teluk tahun-tahun belakangan semakin diabaikan, tak hanya masyarakat yang kerap menggunakan teluk kendari sebagai tong sampah raksasa, tetapi juga ketidakpedulian dari pemerintah setempat yang lalai dalam pengawasan dan melindungi  lindungan keberadaan teluk serta  membiarkan perambahan hutan terjadi disekitar kawasan seperti Hutan Nangananga dan Hutan Tahura Nipa-nipa yang berada dijantung hutan kota.

Teluk Kendari sendiri merupakan daerah limpahan air dari berbagai wilayah kabupaten, yakni Kota Kendari, Kabupaten Konawe Selatan dan Konawe. Tekanan yang semakin besar membuat degradasi hebat dialamai teluk kendari dari waktu ke waktu. Setidaknya banjir yang menenggelamkan separuh kota  Kendari Selasa pekan lalu telah membawa dampak besar pada teluk kendari, dimana material bawaan akibat banjir dipekrirakan mencapai ratusan ton lumpur dan sampah.


Telah banyak peringatan, desakan dan harapan kelopok masyarakat, baik dari penggiat lingkungan seperti LSM, mahasiswa maupun perguruan tinggi, namun seolah berlalu begitu saja, pemerintah sebagai eksekutor belum menganggap keberadaan teluk sebagai sarana vital kota ini. 

Pembiaran pada kerusakan teluk kendari maka prediksi teluk akan menjadi daratan luas segera terwujud, itu artinya kota ini akan menuai bencana yang lebih dasyat dari musibah yang baru saja berlalu di depan mata kita.  Jika saja system pengawasan penataan kota tidak diubah, maka diprediksi sebagain wilayah Kota Kendari ke depan akan tenggelam. Terlebih  saat intensitas curah hujan tinggi maka akan terjadi pertemuan air pasang dan melimpahnya air dari 14 sungai dalam Kota Kendari akibat hujan deras, ke depan dikuatirkan menjadi problem besar.  Sekali lagi jika saja pemerintah tidak segera berbenah maka bukan mustahil banjir besar nantinya akan terjadi menenggelamkan sebagain besar kota ini. (Yos Hasrul)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *