Sungai Bengawan Solo. Foto : daylife.com |
SOLO, BL- Meluapnya Sungai Bengawan Solo di wilayah Jateng dan Jatim menimbulkan korban jiwa dan merendam sejumlah kabupaten.
Berdasarkan data yang dihimpun Beritalingkungan.com dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyebutkan bencana banjir tersebut telah menewaskan 11 orang dan merendam 22.830 rumah, 7.450 hektar sawah terendan dan infrastruktur lainnya.
11 meninggal terdiri dari 5 orang di Ngawi, 4 orang di Bojonegoro, 1 orang di Tuban, dan 1 orang di Gresik. Sebagian besar korban meninggal terseret arus sungai.
Banjir terjadi sejak Minggu (7/4) hingga sekarang masih menggenangi beberapa wilayah di bagian hilir Sungai Bangawan Solo. Banjir menggenangi daerah yang dilalui Sungai Bengawan Solo yaitu Kabupaten Blora, Ngawi, Bojonegoro, Tuban, Lamongan, dan Gresik yang mencakup lebih dari 40 kecamatan dan ratusan desa.
Banjir terparah terjadi di Kabupaten Bojonegoro, Jatim yang menyebabkan 4 meninggal, 11.942 rumah terendam, 11 TK, 29 SD, 6 masjid, 74 mushola, 120.940 jalan terendam banjir, 3.820 hektar sawah terendam, 1.499 kambing dan dan 2.523 sapi diungsikan. Penyebab utama banjir adalah hujan berintensitas tinggi dan berdurasi lama di DAS Bengawan Solo.
Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho mengatakan, meskipun sudah musim transisi menuju kemarau. Namun adanya anomali suhu muka air laut Indonesia di atas normal yaitu 0,7-1,3 derajat Celsius. Ditambah dengan adanya siklon tropis Victoria dan osilasi Madden-Julian maksimum sejak minggu lalu, menyebabkan pasokan uap air di atmosfer melimpah sehingga wilayah Indonesia hujan lebat. Siklon tropis Victoria sudah menjauh Indonesia dan tidak akan memberikan dampak cuaca lagi.
Sungai Bengawan Solo termasuk DAS kritis akibat kerusakan DAS. Penduduk di DAS B Solo terus bertambah dan tinggal di daerah rawan banjir. Tahun 1980 ada 13,5 juta jiwa, tahun 1990 menjadi 14,7 juta jiwa, dan tahun 2005 ada 17,5 juta jiwa. Tutupan hutan hanya 13,6% dari luas DAS. Erosi tanah mencapai 3,14 mm/tahun yang melebihi erosi yang ditoleransikan. Kondisi ini yang memperparah banjir tahunan Sungai Bengawan Solo. (Jekson Simanjuntak/Marwan Azis)