Ilustrasi, aksi simpatik para pelajar di Jakarta. Mereka mengkampanyekan gerakan nanam pohon sebagai salah satu upaya mengurangi dampak perubahan iklim. Foto : Beritalingkungan.com/Marwan Azis. |
LOMBOK, BL-Pelajar SMA se Lombok Barat tampak antusias mengikuti Sarasehan dan Lokakarya Sosialisasi Lingkungan Hidup di Hotel Lombok Garden. Berbagai pertanyaan kritis diajukan peserta kepada narasumber.
Andhika Justin, siswa SMAN 1 Gerung salah satu siswa yang mempertanyakan status Indonesia sebagai paru-paru dunia tapi banyak Negara lain seolah-olah berlomba-lomba menyebabkan polusi.
“Kenapa kita yang disuruh menghijaukan atau reboisasi, kita seolah-olah dimainkan negara lain” tandas Andhika (2/12).
Selain itu, persoalan tentang banjir, pengelolaan lingkungan yang buruk, ketidakseimbangan ekosistem, kekeringan di lereng pegunungan, krisis air bersih, buang sampah sembarangan, cuaca semakin panas, serta kurangnya daerah resapan dan ruang terbuka hijau.
Lalu soal aktifitas illegal logging, pencemaran limbah industri, dan tingginya polusi akibat pencemaran udara, serta adanya efek rumah kaca yang ditandai dengan melelehnya es di kutub juga menjadi poin kritis dalam diskusi yang difasilitasi Milita Priatna Utami.
Dari diskusi yang dilakukan, didapatkan kesimpulan bahwa diperlukan kesadaran dari generasi muda saat ini selaku calon pemimpin masa depan agar tidak lagi membiarkan berbagai aksi perusakan lingkungan.
Dalam diskusi kelompok yang digelar antar siswa, juga disepakti sejumlah langkah jangka pendek mapun jangka panjang, seperti penyampaian seruan dan aksi, menggelar pengajian lingkungan, pembentukan Club Hijau atau Green student, penanaman pohon, Festival seni dan jambora siswa.
Tak itu saja, seluruh pelajar ini juga bersepakat terus berdiskusi soal lingkungan melalui fasilitas social media seperti Facebook, serta membentuk klub penanaman pohon, ekskul pecinta alam di sekolah, serta memberikan reward bagi daerah yang mendapatkan predikat daerah bersih dan pro lingkungan.
Para siswa yang ini juga memiliki harapan dan pandangan bersama, yakni memiliki pemimpin dari tingkat nasional hingga daerah yang pro terhadap lingkungan, pro terhadap Gerakan Hijaukan Bumi. (tih/lombokita)