Bukan Kolam Susu, tapi Samudera Listrik

Energi Featured Slider Indeks Top Stories
Ilustrasi kepulaan Raja Ampat. Foto : Istimewa.

JAKARTA, BL-Samudera Indonesia menghasilkan tak cuma ikan. Bukan pula kolam susu seperti lagu Koes Plus, tapi sumber energi listrik. Diklaim berbiaya lebih rendah dibandingkan dengan energi angin dan surya.

Indonesia dan Jepang sepakat bekerjasama dalam pemanfaatan energi laut sebagai salah satu sumber energi baru dan terbarukan. Jenis-jenis energi laut yang dikembangkan adalah Ocean Thermal Energy Conversion atau OTEC, yang meliputu energi pasang surut, arus, dan gelombang.

Indonesia dan Jepang adalah dua negara kepulauan yang mempunyai potensi tinggi pada sumber daya energi laut, “Sistem energi laut ditargetkan akan menyediakan seluruh energi listrik di Indonesia,”ujar anggota Dewan Energi Nasional sekaligus Ketua Asosiasi Energi Laut Indonesia (ASELI), Mukhtasor di Hotel Ambhara, Jakarta, Rabu siang (22/11).

Menurut Mukhtasor, alasan Indonesia mengembangkan sistem energi laut adalah tingginya permintaan energi listrik dan potensi laut yang sangat besar, “Kita punya pasar yang luas untuk sistem ini dan punya sumber daya yang besar pula untuk mengimplementasikan strategi ini,” katanya.

Kendala Indonesia dalam pengembangan sistem energi laut ini, menurut Mukhtasor, adalah keekonomian, teknologi, dan yang paling utama adalah penerimaan dari masyarakat, pihak industri dan pemerintah, “Secara ekonomi kalau baru mulai mengembangkan memang mahal tapi nantinya akan lebih murah dari panas bumi bahkan bisa lebih murah dari surya,” katanya,”Orang tidak menerima karena belum lihat buktinya karena itu kita harus berani membuat pilot project agar semua tahu bahwa sistem ini benar-benar salah satu solusi.”

Sesuai perhitungan ASELI, pembangkitan satu Megawatt  listrik berbasis energi samudera ini, hanya membutuhkan investasi 3.000 sampai 5.000 Dolar Amerika,” Satu Megawatt itu bisa menghasilkan energi untuk sekitar seribu rumah,”kata Mukhtasor.Ia menambahkan, proyeksi ASELI pada tahun 2050 sistem energi ini mampu menghasilkan 22,86 Gigawatt listrik.

Sampai saat ini ASELI sudah melakukan survei OTEC di Indonesia, dan terdapat empat wilayah laut yang potensial untuk dikembangkan yaitu di Padang, Bali, Manado dan Mamuju. Menurut Hara adalah pengembangan yang luas dari area laut untuk mendemonstrasikan percobaan ini dan koordinasi dengan seluruh lapisan masyarakat, “Selain itu, langkah-langkah untuk mengurangi biaya dan melegalkan isu juga sangat penting,” katanya.

President Ocean Energy Association Japan (OEAJ) Takeshi Kinoshita mengatakan, sumber daya energi harus bervariasi, “Kita punya variasi sumber daya energi sama banyaknya dengan Eropa dan China,” katanya. Pengembangan energi terbarukan menurutnya sangat penting. Bila dahulu sumber energi terbarukan mayoritas ada di daratan, sekarang saatnya muncul dari gurun dan lepas pantai.

Sementara itu, Perwakilan dari New energy and Industrial Technology Development Organization (NEDO) Daisu Hara mengatakan, tujuan dari pengembangan sistem ini adalah untuk strategi inovasi energi dan lingkungan juga untuk mendorong penggunaan energi terbarukan di lepas pantai.

“Demonstrasi sistem energi laut di lepas pantai pertama kali dipasang di Tokyo dan Kitakyusyu,”ujar Daisu,”Turbin dipasang sejauh 3,1 km dari pantai dan di kedalaman hanya 11,9 meter. Ia juga mengatakan, semakin dangkal perairan, maka perawatannya akan lebih murah dan mudah. Di Jepang, biaya pembangkitan listrik dari laut ini hanya 40 Yen per kwh.  (Bellina Rosellini/Igg Maha Adi/SIEJ)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *