PONTIANAK, BL-Setelah melalui perawatan secara intensif sejak 27 Agustus 2012 lalu, Orangutan yang dievakuasi dari Desa Wajok Hilir Kecamatan Siantan Kabupaten Pontianak, Kalimantan Barat akhirnya tidak berhasil diselamatkan.
Orangutan yang memasuki perkampungan warga ini mati pada hari Rabu malam pukul 22.30 dalam perjalanan menuju fasilitas perawatan Pusat Rehabilitasi & Konservasi International Animal Rescue (IAR) di Ketapang.
Saat ini mayat orangutan sedang dalam proses otopsi untuk mengetahui sebab kematian satwa tersebut.
Menurut hasil pemeriksaan petugas medis pasca evakuasi, luka yang dialami tidak membahayakan dengan perkiraan waktu pemulihan sekitar 2-3 minggu sebelum dapat dilepasliarkan kembali. Hanya saja, tingkat stress dan dehidrasi satwa tersebut masih sangat tinggi walaupun sudah mulai mau mengkonsumsi buah-buahan.
Berdasarkan pengamatan tersebut, tim medis merekomendasikan evakuasi segera ke fasilitas perawatan medis yang lebih baik dan paling dekat dengan lokasi.
Berdasarkan rekomendasi medis, tim gabungan yang terdiri dari Balai KSDA Provinsi Kalimantan Barat, Yayasan Titian, Yayasan IAR, Lembaga Gemawan dan WWF-Indonesia memutuskan segera memberangkatkan Orangutan ke Ketapang pada hari Rabu, 29 Agustus 2012 pukul 19.00 WIB.
Jalur yang dipilih adalah melalui jalur darat Trans Kalimantan dengan meminimalisir interaksi dengan manusia untuk mengurangi kadar stress orangutan. Pemeriksaan dilakukan sebelum keberangkatan untuk memastikan kondisi orangutan untuk menempuh jalur tersebut, dan kondisinya memungkinkan untuk diberangkatkan. Pada pemeriksaan lanjutan pada pukul 22.00, di daerah Kubu Raya, orangutan tidak menunjukkan pergerakan sebagaimana mestinya.
Setelah melalui pemeriksaan intensif oleh Drh Ahmad Syifa Sidik, S.KH, pada pukul 22.30 WIB orangutan tersebut dinyatakan mati. Mayat Orangutan kembali dibawa ke Pontianak untuk menjalani proses otopsi.
“Saat ini kami sedang menunggu hasil otopsi untuk mengetahui sebab kematian orangutan jantan yang kami evakuasi dari Wajok Hilir. Sangat disayangkan proses penyelamatan yang telah dilakukan bersama dalam beberapa hari terakhir tidak mampu menyelamatkan Orangutan tersebut,” kata Manajer Program World Wide Fund for Nature (WWF) Indonesia program Kalimantan Barat, Hermayani Putera, di Pontianak, Kamis 30 Agustus 2012.
Orangutan jantan jenis Pongo pygmaeus pygmaeus berusia sekitar 16-17 tahun dengan berat sekitar 70 kg tersebut memasuki kawasan sekitar pemukiman warga pada 25 Agustus 2012 lalu.
“Diperkirakan satwa ini terdesak masuk ke kebun dan pemukiman masyarakat untuk mencari makanan akibat hutan alam sebagai habitatnya semakin berkurang dan tidak mampu lagi menyediakan pakan,” tambah M Wahyu Putra, Koordinator Media Kampanye Tumbuhan Satwa Liar (TSL) Yayasan Titian. (Aceng Mukaram).