Asisten Ekonomi dan Pembangunan sekaligus Plt Dinas Pertanian Kabupaten Madiun, Budi Tjahyono, Senin mengatakan, terbatasnya pengairan selama musim kering telah membuat lahan sawah di wilayah Kabupaten Madiun menyusut hingga 50 persen.
“Jika selama musim hujan lahan sawah bisa mencapai 32.000 hektare, namun kini diperkirakan hanya seluas 15.000 hektare saja. Sisanya mulai ditanami dengan tanaman palawija,” ujar dia kepada wartawan.
Menurut dia, selain untuk mengatasi kekeringan, pembudidayaan tanaman palawija di Kabupaten Madiun juga untuk menunjang diversifikasi pangan di wilayah setempat.
Kabupaten Madiun sangat memiliki potensi komoditas palawija yang dapat dikembangkan untuk diversifikasi pangan. Di antaranya, jagung, ubi kayu, ubi jalar, kedelai, dan kacang tanah.
Data Dinas Pertanian setempat mencatat, lahan pembudidayaan komoditas sejumlah palawija tersebut terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun.
Seperti komoditas ubi kayu, hingga tahun 2010 luas lahan yang digunakan untuk pembudidayaan ubi kayu di wilayah Kabupaten Madiun telah mencapai 6.420 hektare dengan jumlah produksi mencapai 115.149,12 ton. Luas lahan ini meningkat dari tahun 2009 yang mencapai 6.141 hektare dengan jumlah produksi mencapai 110.114,27 ton.
Komoditas jagung, hingga tahun 2010 luas lahan yang digunakan untuk pembudidayaan jagung di wilayah Kabupaten Madiun telah mencapai 9.677 hektare dengan jumlah produksi mencapai 57.210,42 ton. Luas lahan ini meningkat dari tahun 2009 yang mencapai 9.421 hektare dengan jumlah produksi mencapai 55.499,13 ton.
Komoditas kacang tanah, hingga tahun 2010 luas lahan yang digunakan untuk pembudidayaan kacang tanah di wilayah Kabupaten Madiun telah mencapai 1.596 hektare dengan jumlah produksi mencapai 2.638,19 ton. Luas lahan ini meningkat dari tahun 2009 yang mencapai 1.402 hektare dengan jumlah produksi mencapai 2.181,53 ton.
Lalu komoditas kedelai, hingga tahun 2010 luas lahan yang digunakan untuk pembudidayaan kedelai di wilayah Kabupaten Madiun telah mencapai 7.792 hektare dengan jumlah produksi mencapai 11.500,99 ton. Luas lahan ini meningkat dari tahun 2009 yang mencapai 7.785 hektare dengan jumlah produksi mencapai 11.249,33 ton.
Sementara, Kepala Badan Ketahanan Pangan (BKP) Kabupaten Madiun, Edy Bintarjo, menambahkan, jika digarap dengan baik, palawija tidak hanya berguna untuk diversifikasi pangan namun juga meningkatkan ekonomi keluarga.
“Dengan palawija, petani juga dapat menciptakan peluang ekonomi yang lebih besar dari beras. Contohnya ubi kayu dapat diolah menjadi tepung cassava yang dari segi ekonomi memiliki nilai lebih tinggi jika dibandingkan dengan ubi kayu saat tidak diolah. Demikian juga dengan olahan komoditas lainnya,” tutur Edy.
Potensi nilai ekonomi tersebut, lanjut Edy, diharapkan juga mampu menjadi faktor penarik petani untuk membudidayakan tanaman palawija dalam menunjang keanekaragaman pangan terlebih saat musim kering seperti ini. (Ant).