Histeria Menggila Kala Gempa Pertama Landa Singkawang

Bencana Indeks

Ilustrasi gempa bumi. Foto : googleimage
Ilustrasi gempa bumi. Foto : googleimage

SINGKAWANG, BL – Kepanikan luar biasa melanda sebagian warga Kalbar di Kota Singkawang dan Kabupaten Bengkayang, Selasa (23/8/2011) sekitar pukul 08.26 WIB. Mereka merasakan bumi bergoyang sekitar puluhan detik. Mereka pun langsung berhamburan keluar rumah atau gedung untuk menyelamatkan diri.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Supadio Pontianak, yang dikonfirmasi Tribun, Selasa malam, memastikan, goyangan yang terasa di Singkawang dan Bengkayang adalah gempa bumi tektonik dengan kekuatan 4,4 pada Skala Richter.
Seorang warga yang panik akibat gempa yang untuk kali pertama melanda wilayah tersebut adalah anggota DPRD Kota Singkawang, Reni Asmara Dewi. Legislator asal Partai Golkar ini tinggal di Jalan Teluk Karang, Kelurahan Sedau, Singkawang Selatan.
Reni merasakan getaran tersebut saat berada di kamar melakukan persiapan ke kantor. “Saya dengar suara gemuruh. Di luar saya dengar anak-anak saya berteriak-teriak ‘ada apa ini..ada apa ini’,” ungkapnya. Anak-anak Reni saat itu berada di teras rumah.
Merasakan getaran disertai suara gemuruh itu, Reni pun bergegas keluar rumah. Ternyata, di luar, Reni menemukan para tetangganya pun telah berada di luar rumahnya masing-masing. “Ramai sekali di luar. Mereka semua keluar rumah,” ujarnya.
Menurut Reni, getaran yang dirasakannya terjadi selama sekitar satu menit. Meski tidak keras dan tidak sampai menimbulkan kerusakan, namun getaran itu cukup membuat heboh warga sekitar tempat tinggalnya.
Para warga tersebut, kata Reni, saling bertanya satu dengan lainnya, tentang kejadian yang baru saja mereka alami. “Saya juga bertanya ada apa ini. Apakah ini gempa atau bukan. Warga pun menanyakan hal yang sama. Tapi, tidak ada yang mengetahui ada apa sebenarnya,” jelasnya.
Patahan di Bengkayang
Apa yang sebenarnya terjadi? Bagaimana sampai gempa melanda daerah di Kalbar, yang sebelumnya dinyatakan aman dari gempa? Kepala BMG Supadio Pontianak, Bambang Hargiyono, yang dihubungi Tribun, Selasa, mengungkapkan, gempa terjadi pukul 08.26 menit 48 detik dengan koordinat pusat gempa 1 derajat 15 menit Lintang Utara dan 109 derajat 19 menit Bujur Timur.”Kekuatan gempa 4,4 pada Skala Richter dengan pusat gempa lokasi di darat, yakni 132 km barat Pontianak dengan kedalaman 37 km. Potensi untuk tsunami sangat kecil,” jelasnya.
Bambang mengatakan, BMKG mendeteksi adanya patahan atau sesar kecil yang terdapat di daerah Bengkayang. Menurut dia, terjadinya gempa di wilayah tersebut merupakan gejala baru.”Getaran terjadi sekitar satu menit dan ini dirasakan sebagian wilayah Bengkayang dan juga dirasakan di daerah Singkawang,” katanya.
Ia menambahkan, terjadi penganalisaan yang agak lama di BMKG Supadio Pontianak, mengingat gempa yang terjadi tersebut merupakan gejala baru. BMKG akan terus melakukan pemantauan terhadap terjadinya gempa di wilayah tersebut.”Ini bisa digolongkan gempa tektonik, yang diakibatkan patahan kecil. Masyarakat tidak perlu panik maupun resah dengan kejadian ini, mengingat skala yang ditimbulkan sangat kecil. Peluang untuk terjadi kembali masih kita selidiki lebih lanjut,” katanya.
Bambang memastikan akan menyelidiki lebih lanjut terkait terjadinya gempa tersebut, mengingat di wilayah Kalimantan Barat tidak memiliki gunung berapi. Pakar gempa LIPI, Danny Hilman Natawijaya, yang dihubungi Tribun dari Pontianak, Selasa malam, menegaskan, tidak ada wilayah yang benar-benar bebas gempa. Bedanya hanya banyaknya frekuensi dan sumber gempa.
Kalau gempa skala 5, di Jawa dan Sumatera bisa setiap hari. Bahkan, bisa lebih dari satu kali. Namun di Kalbar, meski gempa hanya 4,4 SR saja, butuh puluhan tahun.”Saya belum pernah mendengar ada gempa di Kalbar dari hitungan 100 tahun ke belakang. Terutama yang besar, 6-7 SR. Kalau yang kecil-kecil mungkin pernah ada, namun tidak terdeteksi,” katanya
Siagakan Brimob
Kapolda Kalbar, Brigjen Pol Sukrawardi Dahlan, langsung membuat langkah antisipasi begitu mendengar kabar gempa terjadi di wilayah Singkawang dan Bengkayang. 
Kapolda memerintahkan kepada seluruh jajaran Polres di wilayah yang terkena gemba tersebut untuk siaga.”Hari ini juga, saya sudah perintahkan kepada Polres di daerah gempa untuk memonitor dan melakukan pengamanan,” ujar Kapolda Sukrawardi kepada wartawan seusai acara buka bersama dengan tokoh masyarakat di Wisata Nusantara, Kota Mempawah, Selasa malam.
“Saya juga men-stanby-kan pasukan tambahan dari Brimob, yang sewaktu-waktu jika dibutuhkan siap untuk diberangkatkan,” tambahnya. Kapolda meminta kepada masyarakat untuk tidak panik, tetap berpikir jernih, dan tetap pada kondisi normal.
Sementara itu, Asisten Bidang Perekonomian dan Kesejahteraan Sosial Pemprov Kalbar, Lensus Kandri, mengatakan, gempa yang melanda sekitar Singkawang dan Bengkayang tidak akan mengganggu perekonomian Kalbar secara signifikan.
“Walaupun memang ada potensi gempa itu, saya yakin tidak akan mempengaruhi ekonomi Kalbar secara signifikan karena di daerah lain pun potensi gempa itu lebih besar, tapi tetap ada investor yang masuk,” kata Lensus yang saat dihubungi sedang di Jakarta.
Lensus mengatakan, di kawasan Bengkayang memang ada rencana pembangunan pelabuhan. Namun, baru wacana dan belum sampai pemantapan lokasi. Lensus tidak merasa khawatir proyek tersebut akan batal.
Sekolah Retak
Guncangan gempa yang agak keras dirasakan oleh warga Sungai Jaga, Kecamatan Sungai Raya, Kabupaten Bengkayang. Wahyuni (25), warga Sungai Jaga B, RT3/RW1, langsung keluar rumah begitu gempa terasa. Rumahnya dua kali diguncang getaran cukup kuat.
Ia tidak sendirian merasakannya, ada empat ibu rumah tangga lainnya yang sedang membuat kue lebaran, juga panik.”Begitu keluar, ternyata warga desa lainnya, Desa Sungai Jaga dan Sungai Pangkalan, juga semua ke luar rumah. Mereka merasakan getaran yang sama,” kata Deden Suhendrawan (36), suami Wahyuni, kepada Tribun.
Usai getaran tersebut berhenti, Wahyuni kembali ke rumah. Ia memeriksa sekeliling. Rupanya, rumah yang baru dibangunnya setahun lalu itu retak.”Retaknya di ruang tamu dan kamar tidur anak saya, Sulung Iqbal. Di ruang tamu ada dua sisi dinding yang retak,” ujar Deden.
Saat rumahnya berguncang, Deden berada di Pontianak. Sekitar pukul 08.30, Wahyuni menelponnya. “Begitu saya pulang, rupanya benar. Memang ada gempa dan rumah saya retak, meski retaknya tidak besar. Kebetulan rumah saya memang tinggi, dua lantai. Yang retak itu di lantai satu,” ujarnya.
Selain rumah Deden, gempa juga membuat dinding gedung SMKN 1 Sungai Raya, di Desa Sungai Jaga B, dan Puskesmas Sungai Raya Kepulauan retak.”Alhamudlillah, sementara tidak ada korban jiwa. Kita baru lihat, selain satu rumah warga, SMK dan Puskesmas yang retak. Lainnya belum tahu,” kata warga Sungai Raya, Uray Tomi.
Uray Tomi yang juga merasakan sendiri gempa tersebut menjelaskan, ada tiga kali gempa. Gempa pertama terjadi pukul 08.20, kedua pukul 08.30, dan gempa ketiga pukul 09.37. “Gempa yang kedua yang getarannya sangat kuat,” ujarnya.
Kepanikan serupa juga terjadi di SMAN 1 Sungai Raya Kepulauan, Bengkayang. Akibat kejadian itu, seluruh siswa dipulangkan lebih awal. Sebab, pihak sekolah khawatir getaran itu berulang dan membahayakan siswa. Seorang guru, Rini, mengungkapkan, getaran terjadi dua kali. Namun yang paling kuat terjadi sekitar pukul 08.30 WIB. Pada getaran kedua, siswa SMAN 1 Sungai Raya Kepulauan dibuat panik.
Mulanya mereka hanya diam saat getaran terjadi. Tapi, setelah getaran reda, mereka langsung berhamburan keluar kelas, tanpa ada yang memberi komando. Di luar, Rini melihat sebagian siswanya menampakkan wajah pucat, bahkan ada yang menangis. “Mereka ketakutan sekali dengan getaran itu,” imbuhnya.
Berjaga-jaga
Suasana Kecamatan Sungai Raya, Kabupaten Bengkayang, pasca gempa Selasa pagi, berangsur-angsur normal. Namun, sebagian besar warga masih dalam kondisi siaga, mengantisipasi kemungkinan buruk yang bisa saja terjadi.
Johendri, Warga Desa Pangkalan II, misalnya, mengaku akan terus berjaga hingga pagi hari. “Malam ini saya tidak akan tidur sampai besok pagi. Masih takut juga kalau-kalau terjadi gempa susulan,” ungkapnya kepada Tribun, Selasa malam sekitar pukul 21.00 WIB.
Johendri mengaku telah mengemaskan barang-barangnya seperti surat-surat atau barang-barang berharga. “Barang-barang berharga dan surat-surat sudah lengkap kami jadikan satu. Kalau ada apa- apa, bisa langsung dibawa,” jelasnya. (Tribun Pontianak).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *