Ilustrasi gajah. Foto : Istimewa |
Disaat populasi gajah dan orang utan Kalimantan terancam punah, kabar baik datang dari negeri tetangga, Malaysia. Mereka menyediakan ratusan hektar hutan sebagai rumah baru yang legal untuk konservasi kedua spesies itu.
Orang Utan dan Gajah Kalimantan dapat rumah baru secara legal di Malaysia, Selasa (28/6). Forest Stewardship Council (FSC) yang adalah lembaga non profit pelestarian hutan internasional menetapkan 300 ribu hektar hutan di Ulu Segama-Malua dan Tangkulap-Pinangah di Sabah sebagai daerah konservasi orang utan dan gajah Kalimantan, atau yang nama ilmiahnya dikenal sebagai Pongo pygmaeus morio dan Elephas maximus borneensis.
Sertifikasi FSC tersebut sekaligus mengklaim daerah ini sebagai daerah yang memiliki kepadatan tertinggi spesies orang utan dan gajah Kalimantan, tapi tanpa menyebut jumlah pasti kedua spesies yang berada di daerah tersebut.
Kepala Program WWF’s Heart of Borneo Adam Tomasek menyatakan penetapan daerah konservasi ini merupakan sumbangan besar bagi dunia untuk membuktikan bahwa kerjasama pemerintah, publik dan swasta untuk konservasi ekologi bisa berjalan dengan sukses.
”Ini adalah contoh bagaimana pemerintah, bisnis dan WWF dapat berkerjasama membuktikan bahwa hutan lebih berharga dibiarkan tetap ada daripada ditebang. Inilah kunci penting dari prinsip Ekonomi Hijau,” kata Adam dalam siaran pers WWF Internasional.
Dari 300 ribu hektar hutan tersebut sekitar 34 ribu hektar di dalamnya adalah Hutan Malua Biobank, yang adalah daerah konservasi hasil kerjasama publik-swasta-pemerintah. Kerjasama bersama ini dalam arti Pemerintah Sabah dan Departemen Kehutanan Malaysia membuka daerah tersebut untuk investasi bisnis swasta di bidang manajemen konservasi.
Manajemen konservasi merupakan salah satu skema kerjasama finansial untuk melibatkan swasta dalam pelestarian hutan versi FSC yang berstandar internasional. Sabah sukses mendapatkannya kali ini dengan bantuan WWF dan USAID’s. Dan, proyek konservasi ini akan segera diikuti proyek-proyek serupa.
Direktur Departemen Kehutanan Sabah Datuk Sam Mannan menyatakan menyambut baik kisah sukses sertifikasi FSC di Sabah ini dan dia berharap sertifikasi ini akan memicu semakin banyak pihak swasta untuk mendapatkan sertifikasi manajemen konservasi serupa dari FSC sebelum tenggat waktu 2014. (Veby Mega Indah).