Kehidupan yang penuh keterbatasan ternyata mampu menghasilkan inovasi yang luar biasa. Dengan ketulusannya, Ermina Komala Dara berhasil mengembangkan EKD–diambil dari insial namanya–sebagai nutrisi ternak dan tumbuhan, nutrisi kulit dan tumbuhan, bahkan untuk menekan penyebaran virus flu burung.
Pengembangan nutrisi multiguna itu bermula dari pengalaman masa kecilnya di tanah Dayak belantara Kalimantan yang serba kekurangan. Saat kecil, lulusan Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian Malang ini kerap sakit dan badannya lemah. “Ya karena kurang gizi. Juga sakit hati, karena di sana itu hutan, jadi serba susah. Susah obat, susah susu, pokoknya susahlah untuk menuju hidup sehat,” kata perempuan kelahiran Palangka Raya tahun 1965 ini.
Nah, pada waktu kecil, lanjut Ermina, setiap hari Jumat orang tuanya memanggil nenek dukun beranak. Setiap pekan, ia dipijat oleh dukun itu. Dalam proses pemijatan itu sang dukun kerap memberikan berbagai ramuan. “Anehnya, saya tak melihat dia membawa berbagai bahan-bahan ramuan itu saat datang,” katanya.
Ternyata pada waktu tertentu nenek dukun itu suka menyelinap ke semak-semak di sekitar rumah. Pada satu waktu, guna memenuhi rasa penasarannya, ia mengikuti nenek itu ke semak-semak. “Ternyata nenek itu mengambil berbagai daun dan akar tumbuh-tumbuhan untuk membuat ramuannya dari semak-semak itu,” katanya.
Berbekal pengetahuan yang didapatnya saat sekolah dan kuliah, Ermina meracik formula multiguna sebagai nutrisi ternak dan tumbuhan. Dengan senang hati, resep dan cara pembuatan formula tersebut ia bagi dalam berbagai forum pertemuan kelompok tani, seminar, dan simposium. Hasilnya, berbagai respons dan masukan datang untuk pengembangan formula itu.
Walhasil, formula racikannya itu dikembangkan sebagai nutrisi kulit, kecantikan, bahkan mampu menekan penyebaran virus flu burung. Dalam bidang pertanian sendiri, formula EKD ini dapat dimanfaatkan sebagai biang fermentasi bahan organik untuk membuat pupuk, pakan, biopestisida, dan bioherbisida.
Proses pembuatan formula EKD diawali dengan menyiapkan ragi. Adapun bahannya berasal dari akar pinang, akar alang-alang, kunyit, temulawak, lengkuas, serai, merica, cabai rawit, cengkih, kayu manis, tembakau, cabai jawa, kapulaga, adas manis, jintan, bawang putih, dan pala.
“Semua bahan itu ditumbuk hingga halus, lalu dicampur air dan disaring. Kemudian, dicampur dengan tepung beras, digerus hingga rata dengan kadar air 30 hingga 40 persen. Adonan tadi dikepal bulat seukuran bola pingpong dan ditekan bagian tengahnya,” papar ibu dari Naria Ika Trisnawati itu.
Untuk mempercepat proses fermentasi, dapat juga ditambahkan ragi yang sudah jadi. Semua bahan tadi selanjutnya ditaruh pada nampan, lalu ditutup rapat dengan kain dan didiamkan dua hari dua malam. “Lalu dijemur di terik matahari sekitar 10 hari. Jadilah ragi,” imbuhnya.
Beasiswa Pendidikan bagi Warga Kalteng
Dengan proses pembuatan yang sangat mudah, formula EKD ini bagi para petani di Palangka Raya telah terbukti keampuhannya. Pada saat petani cabai di Kalampangan, Palangka Raya, diserang penyakit sehingga seluruh batang dan daunnya mengering, formula ini mampu membuat para petani bangkit kembali.
Kala itu, Ermina mengajak petani Kalampangan untuk mencari tanaman lain yang terlihat sehat di sekitar lahan cabai tadi. “Saya berkeyakinan tanaman yang sehat itu pasti memiliki zat yang mampu menangkal penyakit,” katanya.
Prinsipnya, kata Ermina, kembalikan yang terbaik kepada tanaman. Jangan hanya memanfaatkan limbah tanaman untuk dijadikan pupuk. “Untuk menyuburkan tanaman jagung, misalnya, campurkan ekstrak jagung dengan EKD dan semprotkan ke daun jagung serta tanah di sekitar tanaman,” paparnya.
Untuk hewan, formula EKD terbukti mampu menekan peredaran virus flu burung. Di Kotawaringin Timur, unggas yang pakannya dicampur dengan EKD tetap hidup. “Padahal, ternak lain di sekitarnya pada tumbang oleh wabah flu burung,” katanya.
Melalui formula EKD ini, Ermina ingin melestarikan kearifan tradisional Dayak yang dikenal akrab dengan lingkungan dan mempunyai rasa memiliki alam. Ini dia wujudkan dengan mengembalikan yang terbaik kepada alam melalui pemanfaatan EKD yang ramah lingkungan.
Agar makin mudah digunakan, kini formula EKD juga telah dibuat massal dan dipasarkan dengan merek Bio Activa. Tapi, tujuan utama dari pengembangan formula EKD sebagai upaya membantu masyarakat Dayak tetap dipegangnya. “Hasil penjualan dari Bio Activa ini akan diberikan untuk beasiswa bagi warga Kalimantan Tengah yang kesulitan biaya sekolah,” pungkasnya.(Asep Saefullah).