Suasana Pertemuan UNFCCC Bangkok. Foto : Dok UNFCCC. |
Bangkok, BERLING-Pembahasan berbagai usulan kesepakatan dalam Konferensi Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Perubahan Iklim di Bangkok seperti biasa berjalan dengan tidak mudah, namun membandingkan dengan proses di tahun-tahun sebelumnya, Indonesia tetap optimis, proses tersebut akan dapat menjembatani perbedaan negara-negara dalam menyiapkan Pertemuan di Durban, Afrika Selatan.
Hal tersebut disampaikan Rachmat Witoelar, Utusan Khusus Presiden Bidang Pengendalian Perubahan Iklim melalui siaran persnya yang diterima Beritalingkungan.com. Saat ini Rachmat Witoelar sedang menghadiri acara United Nations Climate Change Conference (UNFCCC) di Bangkok.
Acara tersebut dibuka secara resmi hari Rabu tanggal 5 April 2011 oleh Menteri Sumberdaya Alam dan Lingkungan Hidup Thailand. Pertemuan yang telah di mulai sejak Minggu, 3 April 2011 merupakan pertemuan putaran pertama di tahun 2011 guna mendiskusikan lebih lanjut pelaksanaan mandat Bali Action Plan dan Cancun Agreement serta kelanjutan komitmen kedua negara-negara maju dalam Protokol Kyoto melalui AWG-KP dan AWG-LCA.
Optimisme Indonesia ini diwujudkan melalui serangkaian upaya diplomasi untuk menjembatani beberapa perbedaan yang muncul di dalam pertemuan koordinasi Kelompok 77, China, Kelompok Asia, pencalonan tuan rumah UNFCCC COP tahun 2012 dan pencalonan anggota komite transisi untuk pendanaan iklim.
Indonesia juga mengambil peran aktif dalam kelompok Cartagena Dialogue yang merupakan kelompok informal negara-negara yang memiliki kesamaan pandangan mengenai jalan tengah dalam perumusan keputusan yang diperlukan bagi upaya penanganan perubahan iklim di masa depan.
Indonesia menghargai upaya Presiden COP 16 dan Sekretariat UNFCCC untuk mengadakan beberapa lokakarya pada pertemuan di Bangkok ini untuk menggali informasi baru dan menyamakan pemahaman mengenai beberapa permasalahan strategis. “Diharapkan lokakarya tersebut dapat membantu para pihak menyepakati agenda pembahasan dan Peta Jalan menuju Durban,”kata Agus Purnomo, Staf Khusus Presiden Bidang Perubahan Iklim.
Beberapa lokakarya yang dilaksanakan di awal pertemuan telah memberikan informasi mengenai komitmen negara maju untuk menurunkan emisinya, langkah-langkah yang akan dilakukan negara-negara berkembang dalam berkontribusi di bidang mitigasi perubahan iklim, serta mekanisme teknologi untuk membantu upaya pencegahan perubahan iklim. Indonesia di dalam pertemuan ini telah menegaskan pentingnya pengurangan emisi global yang lebih ambisius hingga tahun 2050.
Indonesia melihat Pertemuan Bangkok, sebagai satu langkah penting dalam memantapkan jalan menuju Konferensi UNFCCC ke-17 yang rencananya akan diselenggarakan di Durban, Afrika Selatan pada akhir tahun 2011. Dalam Pertemuan Durban diharapkan dapat disepakati periode komitmen kedua Protokol Kyoto dan kerangka kerjasama internasional untuk mengatasi perubahan iklim pasca 2012 melalui instrumen hukum internasional yang lebih komprehensif dan dapat secara progresif mengurangi emisi global di masa akan datang.
Dalam pertemuan ini, delegasi Indonesia juga bertemu dengan beberapa negara yang memiliki kesamaan pandangan serta berbagai kelompok LSM nasional dan internasional guna menampung masukan-masukan yang dapat dijadikan pertimbangkan kelancaran negosiasi.(Marwan Azis).