Apel Merana Karena Hujan

Indeks Pertanian Perubahan Iklim
Foto: Bibin  Bintariadi
Kebun apel. Foto: Bibin Bintariadi

Matinya tanaman apel di Kota Batu tak hanya karena terjadinya kenaikan suhu dan menurunnya kelembapan udara, tapi juga oleh hujan. Ini karena banyak tanaman apel yang gagal berbuah karena sering turun hujan.

Menurut Koordinator Kelompok Tani Bumi Jaya II, Desa Bumiaji, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu, Darmanto, kerapnya turun hujan pada Agustus dan September lalu mengakibatkan bunga pohon apel tak tumbuh dengan bagus. Para petani biasanya melakukan pemangkasan ranting agar pohon apel berbunga dengan cepat. Tapi, karena hujan turun, pohon berbunga lebih lama. “Banyak bunga yang rontok sehingga sedikit yang sampai menjadi buah,” katanya.
Darmanto menuturkan, biasanya 1 hektare pohon apel menghasilkan 4-6 ton buah sekali panen. Namun kini hanya mampu memproduksi 1-2 ton apel. Bahkan ada yang hanya 70 kilogram. Dengan biaya produksi untuk 1 hektare lahan apel selama setahun sebesar Rp 24 juta, para petani menderita kerugian sebesar Rp 8-12 juta. “Kami rugi besar karena hujan,”
Pakar Pertanian dari Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya, Didik Suprayogo, mengatakan, dalam setahun, banyaknya bulan basah terjadi pada 6-7 bulan dan bulan kering 3-4 bulan. “Curah hujan yang tinggi saat berbunga akan menyebabkan bunga gugur sehingga tidak dapat menjadi buah,”
Data Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Karangploso, Kabupaten Malang, menyebutkan, pada Agustus dan September lalu, seharusnya sudah memasuki musim kemarau. “Tapi terjadi hujan lokal, termasuk di Kota Batu,” kata staf analisa cuaca, Sutamsi. Adapun curah hujan di Kota Batu saat Agustus lalu mencapai 101-150 milimeter. (BIBIN BINTARIADI).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *