Empat Kabupaten di Aceh Terendam Banjir

Bencana Indeks
CALANG, BL-Hujan deras disertai angin kencang yang melanda sejumlah kawasan di Aceh dalam dua hari terakhir, menyebabkan Kabupaten Aceh Jaya, Bireuen, Aceh Utara, dan Kota Lhokseumawe banjir pada Minggu (27/12) kemarin. 
Meski tak ada korban jiwa, namun kerusakan ruas jalan dan jembatan tergolong parah.

Serambi Indonesia melaporkan ribuan rumah warga plus ribuan hektare tanaman padi direndam banjir, sehingga terancam gagal panen. Dari Lhokseumawe dilaporkan, hujan deras sejak Sabtu (26/12) sore ditambah luapan air sungai di kota itu maupun di Aceh Utara, menyebabkan ribuan rumah terendam. Ribuan hektare tanaman padi bahkan terancam gagal tanam maupun gagal panen akibat direndam air setinggi 1-1,5 meter.

Malah, kawasan yang sebelumnya tak pernah dilanda banjir, seperti Desa Ujong Baroh dan Desa Trieng, kini ikut terendam. Hal ini menyebabkan ratusan kepala keluarga (KK) mengungsi. Di Kecamatan Syamtalira Bayu, Aceh Utara, kawasan terparah yang direndam banjir adalah Desa Cot Matahe dan Alue Manjruen. “Air mulai naik pukul 02.00 WIB dini hari, akibat luapan sungai dan hujan deras,” ungkap Zulkifli, warga Bayu, kepada Serambi pukul 05.00 WIB kemarin via telepon genggamnya.

Sementara di Kecamatan Tanah Luas, desa yang paling parah terendam banjir adalah Teupin Me, Desa Blang, dan Serbajaman Baroh. Sebelumnya kawasan ini memang rawan banjir. Akibat luapan air dari Krueng Keureutoe, belasan hektare tanaman palawija dan puluhan hektare padi sawah di kawasan itu terancam gagal panen. Banjir juga merendam Desa Ujong Baroh, Desa Trieng, Manyang, dan Desa Cubrek. Kawasan ini sebelumnya jarang banjir karena jauh dari sungai.

Di Kecamatan Matangkuli, kawasan yang paling parah didera banjir adalah Kemukiman Pirak, meliputi Alue Tho, Lawang, Cubrek, Pante Pirak, Tanjong Haji Muda, dan beberapa desa lainnya. Adapun desa yang berdekatan dengan pusat kecamatan yang terendam, antara lain, Teupin Keubeu, Punti, Me, Baro, Alue Ntok, Tumpok Barat, Tanjong Tgk Kari, dan Parang Sikurueng.

“Puluhan kelurga dari tiap desa mengungsi ke rumah tetangganya. Sebagian lagi masih berada di lintasan jalan yang berdekatan dengan Cluster IV ExxonMobil dengan membuat tenda. Warga juga mulai banyak yang mengalami gatal-gatal,” kata Keuchik Cubrek Pirak, Jafar Ilyas yang dibenarkan Iskandar (35), warga Tumpok Barat. Menurutnya, banjir kali ini lebih besar dibanding tahun sebelumnya. Buktinya, lintasan Rangkaya–Parang Sikurueng yang sebelumnya belum pernah dilanda banjir, kali ini tergenang hingga 70 cm.

Kecamatan lainnya yang terpantau Serambi ikut terendam banjir adalah Pirak Timu. Kawasan ini sebelumnya sering banjir. “Namun, kali ini makin parah. Ketinggian air mencapai 1 meter lebih di dalam rumah warga. Petani kami juga terancam gagal tanam, karena bibit padinya dihanyutkan air,” kata Abdul Wahab, Keuchik Rayeuk Pange. Informasi terakhir, warga di kecamatan itu banyak yang masih menginap di bawah tenda. Mereka juga membangun dapur umum, termasuk di depan Toko Parang Sikurueng, yakni di samping Cluster IV ExxonMobil.

Di Simpang Keuramat, banjir dadakan datang dari arah gunung. Disinyalir akibat pengambilan terus-menerus bongkahan batu gunung diangkut ke bibir pantai untuk proyek reklamasi. Dulunya, kata beberapa tokoh Simpang Keuramat, jarang sekali terjadi banjir di kawasan itu, meski hujan deras sampai dua hari.

Tanggul jebol
Sementara di Kecamatan Samudera Geudong, Aceh Utara, empat titik tanggul Krueng Pase jebol pada Minggu kemarin pukul 08.00 WIB. Akibatnya, ratusan hektare padi warga tergenang. “Selain itu rumah penduduk juga digenangi air setinggi satu meter,” kata Keuchik Tanjong Baroh Ishak Ismail kepada Serambi. Menurut Ishak Ismail, tanggul yang bocor di Desa Tanjong Baro, Kecamatan Samudera, mencapai 40 meter, sementara di Desa Tanjung Awe tiga titik tanggul putus yang luasnya mencapai 150 meter.

Salurkan bantuan
Di Kota Lhokseumawe banjir melanda Kecamatan Blang Mangat. Lima desa tergenang, meliputi Blang Punteut, Meunasah Rayeuk Kareung, Meunasah Asan, Meunasah Mane, dan Meunasah Kumbang. Sejumlah rumah dan puluhan hektare padi juga digenangi air. Sementara itu, Manajemen PT Arun NLG Lhokseumawe, Minggu (27/12) menyalurkan bantuan masa tanggap darurat berupa sembako kepada korban banjir di Desa Kumang Peunteut sebanyak 142 KK, Desa Meunasah Mesjid Punteut 330 KK.

Staf Humas PT Arun, T Edy Safari kepada Serambi tadi malam mengatakan, Vice President Director PT Arun, Fuad Buchari, setelah membaca informasi yang disiarkan Serambi tentang kondisi banjir yang melanda warga di Kecamatan Blang Mangat, langsung memerintahkan stafnya untuk menyalurkan bantuan masa panik kepada korban banjir. “Setelah mendapatkan instruksi dari pimpinan, kami langsung menyerahkan bantuan bersama-sama dengan unsur muspika. Bantuan kami salurkan dalam beberapa tahap. Tahap pertama sudah selesai dan sekarang (tadi malam) sedang persiapan untuk tahap selanjutnya,” kata Edy Safari.

Banjir Bireuen
Sementara itu, sekitar 20 rumah di Desa Garap, pedalaman Kecamatan Plimbang, Kabupaten Bireuen, sejak Sabtu malam hingga Minggu (27/12) siang banjir hampir satu meter, setelah hujan deras mengguyur kawasan itu dan Krueng Nalan meluap. Beberapa wara Desa Garap kepada Serambi mengatakan, hampir setiap musim hujan desa mereka dilanda banjir akibat meluapnya Krueng Nalan. “Tidak kurang dari 20 unit rumah menerima dampaknya,” kata Razali, warga Desa Garap seraya menyebutkan bahwa tinggi air di desanya hampir satu meter.

Desa Garap berada di pedalaman Kecamatan Plimbang, sekitar 8 km dari jalan nasional Banda Aceh-Medan. Kawasan ini memang sering dilanda banjir pada musim hujan, apalagi tanggul Krueng Nalan belum dibangun. Camat Plimbang M Isa kepada Serambi mengatakan, sekitar 20 unit rumah di Desa Garap tergenang banjir. “Memang tidak ada warga yang mengungsi, tapi masyarakat menderita karena rumahnya tergenang air hampir 1 meter,” kata M Isa. Laporan terakhir, genangan air mulai menyusut. Hingga Minggu siang ketinggian air hanya tersisa sekitar 50-60 cm lagi.

Banjir Calang
Dari Calang, ibu kota Aceh Jaya dilaporkan bahwa jembatan alternatif yang berada di lintasan Calang-Banda Aceh, kawasan Desa Babah Awe, Kecamatan Jaya, Aceh Jaya, Jumat (25/12) malam sekitar pukul 20.00 WIB putus diterjang banjir. Akibatnya, jembatan yang selama ini sering digunakan warga sebagai jalan alternatif itu ambruk ke dasar sungai. Selama ini jembatan alternatif itu ramai dilintasi pengguna jalan. Operatornya mengutip biaya jasa penyeberangan sebesar Rp 5.000/orang.

Dedi Iskandar, seorang pengguna jalan, warga Kota Meulaboh, Aceh Barat, kepada Serambi, Sabtu (26/12), mengatakan akibat ambruknya jembatan alternatif itu perjalanan warga sedikit terganggu. Warga harus menggunakan jalur lain di badan jalan yang kini sedang dibangun USAID, lembaga donor Amerika Serikat. Menurut Dedi, jembatan yang ambruk itu selama ini sering digunakan warga sebagai jalur cepat saat berkendaraan. Sebab, kalau harus melintas di ruas jalan yang dikerjakan USAID, jarak tempuhnya lebih lama, mengingat badan jalan tersebut hingga kini belum diaspal dan masih sulit dilintasi.

Secara terpisah, Batak, warga Desa Babah Awe, Kecamatan Jaya, Aceh Jaya, saat memperbaki jembatan menyatakan jembatan itu putus akibat terjangan banjir yang membawa tunggul dan balok besar, sehingga jembatan yang terbuat dari kayu itu amblas ke dasar sungai. 

Menurut Batak, peristiwa itu terjadi pada Jumat (25/12) malam sekira pukul 20.00 WIB. Diakuinya, jembatan itu merupakan salah satu sumber pendapatan bagi warga di desa itu. Mereka mengutip sumbangan dari setiap kendaraan yang melintas. Karena jembatan itu sebagai salah satu jalur pintas menuju Calang dan Banda Aceh, kini sejumlah warga di Desa Babah Awe sedang memperbaiki jembatan yang putus akibat diterjang banjir itu.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *