Menanam di tanah berbatu

Hutan Indeks Konservasi
Heri Bertus di hutan jati di Wonogiri. Foto : Marwan Azis
TAK ada tanah, batupun jadi, itulah gambaran kerja keras warga Wonogiri yang berupaya menghijaukan lahan yang mulanya gundul dan miskin akan tanda-tanda kehidupan. Namun kini telah hijau rimbunan pohon jati.

“Pada waktu saya menerima tamu yang berasal dari 45 negara, mereka pada heran dan bertanya-tanya bagaimana caranya menanam jati di sela-sela batu,”kata Heri Bertus, Ketua Forum Komunitas Petani Sertifikasi Selopuro (FKPSS) Kabupaten Wonogiri Jawa Tengah saat diminta bercerita bagaimana cara menanam jati di tanah berbatu.

Sebelum menjelaskan bagaimana cara menanam jati maupun mahoni di tanah berbatu di Wonogiri, Bapak paruh baya ini bercerita tentang kondisi tanah di Wonogiri, Diungkapkan era tahun 1970-an, tanah di Wonogiri didominasi oleh batu berkapur tak berpohon dan sangat miskin akan tanda-tanda kehidupan.

Berdasarkan data Pemerintah Kabupaten Wonogiri, dengan luas wilayah 1.822,36 kilometer persegi, sebagian besar wilayahnya berupa pegunungan kapur yang tandus dan berbatu. Kondisi tersebut, membuat warga atau petani disana harus bekerja ekstra agar bisa memanfaatkan lahan berbatu tersebut.

Berkat kegigihan warga, kini potret buram tersebut berangsur-angsur berubah dan kehidupan warga mulai membaik, Wonogiri telah hijau oleh rimbunan pohon-pohon dari berbagai jenis, airpun yang tadinya susah ditemui, sekarang sudah bisa mengairi sawah-sawah yang ada di sekitarnya dan bisa mencukupi kebutuhan air minum warga.

Lalu seperti apa bagaimana cara petani menyiasiati kondisi lahan berbatu tersebut? Menurut Heri Bertus, ia bersama petani di Wonogiri punya cara tersendiri dalam menanam jati di lahan berbatu.,”Begini kalau caranya menanam jati maupun mahoni disini, alatnya bukan pakai cangkul, bukan pakai sabit, tapi pakai linggis. Jadi tanah disela batu itu ditonjok dengan linggis baru ditanam, kalau nggak begitu nggak bisa pak,” terangnya.

Bibit yang ditanam adalah bibit jati atau mahoni yang tumbuh di sela-sela pohon jati. Selanjutnya bibit tersebut dicabut lalu ditanam kembali dilahan yang masih kosong. Tradisi tersebut hingga saat ini masih terus berlangsung.

“Masalah penanam itu, saya sudah menantang teori Perhutani, sebabnya begini, kalau saya menanam dengan teori penanaman Perhutani, saya nggak bisa karena kalau memakai jarak tanam,m maka kalau jarak nya pas kena batu, jadi nggak bisa lagi
ditanami,” kilah Heri Bertus.

“Jadi menurut saya untuk menjadikan hutan hijau seperti sekarang, maka menanamnya tidak usah berpedoman pada teori secara teknis tapi menurut taksiran kami sendiri. Yang penting masih ada tanah di sela-sela batu, maka disitu kami menanam, kalau jarak nggak bisa diatur pak sebab di sini tanahnya berbatu,” tambahnya.

Perlakuan lainnya dilakukan petani di Wonogiri agar pertumbuhan jati tidak terhambat, mereka melakukan pendangiran (perawatan) tanaman dan pemupukan,”Waktu awal kali melalukan penanam (penghijauan) dilakukan pemupukan, namun sekarang tidak ada lagi karena masalah pupuknya sudah
dari tanaman itu sendiri, saat mengugurkan daunnya yang terdekomposisi menjadi pupuk kompos.”Kompos itu paling baik bagi pertumbuhan tananam,” kata Heri Bertus.

Penjarangan juga dilakukan secara bertahap terutama saat warga membutuhkan kayu untuk keperluan rumah tangga seperti membangun rumah dan lainnya sebagainya. Selain menanam tanaman kehutanan, mereka juga menanami lahanya dengan tanaman jangka pendek seperti jagung, melinjo, petai, ubi dan lain sebagainya.

Menurut Direktur LSM Perhimpunan untuk Studi dan Pengembangan Ekonomi dan Sosial (PERSEPSI) Yogyakarta Taryanto Wijaya juga ikut mengambil bagian dalam penguatan kelembagaan tani Wonogiri.

”Upaya warga disini dalam mengambil inisiatif gerakan penghijauan dan penataan lahan mereka dengan membuat terasering patut diberi aspresiasi. Teras-teras batu yang disini sebagai upaya awal menata konservasi lahan. Itu konservasi secara teknis,” tandas Taryanto. (Marwan Azis)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *